
Fobia sosial pada anak adalah ketakutan yang irasional pada anak terhadap objek, situasi, atau aktivitas tertentu seperti takut pada keramaian, tempat umum, takut berinteraksi dengan orang lain, berinteraksi dengan teman main dsb.
Jika anak terpaksa berinteraksi akan terlihat cemas, gugup atau panik hal tsb. karena ybs. merasa seolah diperhatikan oleh orang lain, takut dikritik dan biasanya cenderung menghindar dan tidak berani menatap langsung mata orang lain. Ciri ciri lain dapat berupa keluhan ingin buang air kecil, keluhan mual ataupun sakit perut, kaki tangan gemetar, keluar keringat dingin, jantung berdebar debar, muka merah, terkadang disertai sakit kepala.
Penyebabnya dapat disebabkan oleh pola asuh ataupun pengalaman pahit misal diejek teman main, kritik pedas dari orang tua/guru, trauma kerusuhan dsb.
Terapi fobia sosial pada anak akan lebih efektif jika dilakukan sendiri oleh orang tua yang telah terlatih. Hal tersebut disebabkan beberapa alasan antara lain adanya kedekatan emosional antara orang tua dan anak sehingga efek “sugestifnya” menjadi lebih kuat. Disisi lain adanya pertimbangan “waktu emas” yaitu waktu terapi yang tepat sesuai dengan mood ataupun kebiasaan tidur anak.
Upayakan agar akar masalah penyebab fobia ditemukan. Semakin diketahui penyebabnya semakin baik. Sebisa mungkin lakukan penelusuran saat anak pertama kali mulai belajar berinteraksi dengan orang lain seperti saat pertama kali berkomunikasi dengan pengasuh, saat pertama kali bermain dengan orang asing, saat pertama kali masuk sekolah dsb.
Beri kesempatan ybs. melepaskan emosi negatifnya. Misal : jika salah satu penyebabnya karena kita sebagai orang tua pernah marah “hebat” sehingga ybs. merasa sangat ketakutan ataupun pernah mengolok olok sehingga ybs. merasa sangat dipermalukan misal saat belajar pipis / pup (toilet training), saat belajar makan dsb. mintalah maaf kepada ybs.
Walaupun secara usia ybs. belum mengerti kata maaf yang kita sampaikan, namun secara instingtif yang bersangkutan telah dapat menangkap iktikad baik kita.
Tingkat keberhasilan terapi tergantung dari kualitas komunikasi dan kesediaan anak untuk bekerja sama dengan orang tua dalam proses terapi.
Faktor yang menentukan efektifitas terapi antara lain :
1. Pemilihan waktu terapi yang tepat atau waktu emas yaitu saat tidur tidur ayam, menjelang tidur ataupun menjelang bangun tidur. Perhatikan saat menjelang tidur ataupun menjelang bangun tidur, biasanya terjadi gerangan reflek mata yang intens di daerah kelopak mata.
2. Pemilihan kata sugesti yang positif. Jika ingin mengatakan si Yunior adalah anak yang penuh percaya diri tidak boleh dengan pemilihan kata “tidak ragu ragu”, “tidak takut” dsb.
3. Bentuk kalimat “sekarang” atau tidak boleh ada kata “akan” misal : yunior selalu percaya diri, yunior pribadi pemberani, yunior suka berkomunikasi bukan yunior “akan” jadi anak yang penuh percaya diri atau “akan” jadi pemberani dsb.
4. Bersifat “mengijinkan” bukan “berusaha”. Misal : Yunior memilih menjadi pribadi yang penuh percaya diri bukan yunior akan selalu berusaha berani.
5. Pengulangan. Semakin sering sugesti diulangi semakin baik.
Fobia sosial dikatakan sudah pulih apabila ybs. telah dapat berinteraksi seperti sedia kala dan gejala fobia sosial yang menyertainya telah hilang.
Jika belum berhasil juga, mintalah bantuan profesional / terapis.
Ingin bebas fobia sosial? KLIK > https://servo.clinic/alamat/