
Phoebe adalah seorang gadis yang benar benar klasik Amerika; populer, atraktif, cerdas dan berbakat.
Saat SMA, prestasinya luarbiasa. Selama SMA ia selalu terpilih menjadi anggota pengurus kelas dan pernah meraih gelar dalam beberapa kontes ratu ratuan. Ia mengencani kapten tim football di sekolahnya.
Gadis itu juga memiliki banyak talenta, termasuk menyanyi dan balet. Setiap tahun, saat perayaan Natal, kelompok baletnya memainkan Nutoracker Suite dan sebagai pemegang peran utama Phoebe menarik banyak perhatian dengan penampilannya yang mempesona.
Ia bermain di beberapa tim atletik di sekolahnya. Ia berhasil mempertahankan nilai rata-rata A dan dianggap sebagai seorang siswa panutan dan punya peluang besar untuk masuk ke universitas peringkat atas.
Tetapi Phoebe mempunyai hal buruk yang dirahasiakannya; ia dihantui oleh keyakinan bahwa dirinya gemuk dan jelek. Dalam pikirannya, setiap gigitan makanan yang masuk ke mulutnya sama saja dengan satu langkah lagi ke arah jalan yang akan menghancurkan kesuksesan dan kepopulerannya.
Phoebe telah mulai risau terhadap berat badannya sejak ia berumur 11 tahun. Sebagai seorang perfeksionis, sejak SMP ia sudah mulai mengatur makannya. Ia tidak mau sarapan (meskipun diprotes oleh ibunya), hanya makan semangkuk kecil pretzel saat makan siang dan hanya memakan separuh jatah makan malam yang disiapkan untuknya.
Perilakunya ini berlanjut hingga SMA, ketika ia berusaha keras membatasi porsi makannya untuk jaga jaga bila sesekali ia ingin memuaskan keinginannya untuk makan junk food. Kadang kadang ia memasukkan jari jarinya ke tenggorokannya setelah selesai makan banyak banyak (ia bahkan pernah menggunakan sikat gigi) supaya muntah, tetapi tidak pernah berhasil.
Selama kelas dua SMA, Phoebe mencapai tinggi badan optimalnya, 5 kaki 2 inci dan berat badannya selama SMA 110 pon. Berat badannya naik turun antara 105 dan 110 pon selama SMA. Selama tahun terakhirnya di SMA ia terobsesi dengan apa yang akan ia makan dan kapan ia harus makan. Ia mengerahkan seluruh tekad yang dimilikinya untuk membatasi makannya, tetapi kadang kadang tidak berhasil.
Pada suatu hari di musim gugur, sepulang dari sekolah dan duduk sendirian di depan TV, ia menghabiskan dua kotak besar permen. Depresi, merasa bersalah dan putus asa, ia pergi ke kamar mandi dan memasukkan jarinya dalam dalam kekerongkongannya, lebih dalam dibanding yang pernah dicobanya selama ini. Ia muntah muntah dan muntah lagi.
Meskipun terasa sangat letih secara fisik, hingga terbaring tanpa daya selama setengah jam, Phoebe tidak pernah merasa selega itu. Ia merasa terbebas dari kecemasan, perasaan bersalah dan ketegangan yang senantiasa menyertai saat saat binge nya. Ia tersadar telah memenuhi dorongan yang membuatnya menghabiskan semua permennya dan sekarang perutnya sudah kosong. Benar benar sebuah solusi yang sempurna untuk masalahnya selama ini.
Phoebe dengan cepat belajar menengarai makanan apa yang dapat dimuntahkan dengan mudah. Ia selalu minum banyak air. Ia mulai semakin ketat membatasi porsi makannya. Ia hampir tidak makan apapun sampai pulang sekolah, tetapi kemudian semua hasil mimpi dan rencananya sepanjang pagi akan diwujudkannya.
Meskipun makanan yang dilahapnya kadang kadang bervariasi tetapi tidak demikian halnya dengan rutinitasnya. Ia mampu melahap habis makan selusin donat dan sekotak kue. Saat sampai di rumah, ia bisa menambahnya dengan semangkuk popcorn yang dibuatnya sendiri.
Lalu ia makan, makan dan makan, menjejalkan donat, kue dan popcorn sampai perutnya sakit. Akhirnya dengan perasaan campur aduk antara jijik dan lega ia memaksa dirinya muntah. Setelah itu ia akan menimbang berat badannya, untuk memastikan bahwa berat badannya tidak bertambah, lalu jatuh terkapar di ranjang dan tertidur selama kira kira setengah jam.
Rutinitas ini terus berlanjut hingga sekitar 6 bulan sampai pada bulan April di tahun terakhir SMA nya. Pada saat itu Phoebe telah kehilangan banyak energinya dan prestasinya mulai merosot. Guru gurunya melihat hal ini dan bagi mereka Phoebe tampak sangat menyedihkan.
Ia senantiasa merasa lelah, kulitnya kering, wajahnya tampak bengkak bengkak, terutama di sekitar mulut. Guru guru dan ibunya curiga bahwa ia mempunyai masalah makan. Ketika mereka memanggil Phoebe, gadis itu merasa lega karena akhirnya masalahnya diketahui orang.
Dalam usaha mengeliminasi kesempatan untuk binge dan kemudian memuntahkannya, ibunya mengatur jadwalnya sendiri agar ia ada di rumah pada saat putrinya sampai di rumah. Secara umum orangtuanya meminimalkan kesempatan Phoebe untuk benar benar sendirian, terutama setelah makan.
Taktik ini berjalan baik selama lebih kurang satu bulan. Tetatapi karena takut setengah mati bahwa berat badannya akan bertambah dan dengan demikian akan kehilangan popularitasnya, Phoebe kembali lagi ke pola lamanya, tetapi sekarang ia lebih pintar menyembunyikannya. Selama enam bualan Phoebe melakukan binge dan memuntahkannya lagi selama lebih kurang 15 kali seminggu.
Saat Phoebe memasuki universitas pada musim gugur, masalah ini menjadi lebih sulit lagi. Sekarang ia mempunya teman sekamar dan ia semakin bertekad untuk menyembunyikan masalahnya rapat rapat.
Meskipun pelayanan kesehatan untuk mahasiswa menawarkan berbagai lokakarya dan seminar tentang gangguan makan kepada para mahasiswa baru, Phoebe tahu bahwa ia tidak mungkin memutus lingkaran setannya tanpa beresiko menambah berat badan. Untuk menghindari memakai kamar mandi yang digunakan bersama dengan teman sekamarnya, ia pergi ketempat sepi di belakang gedung untuk memuntahkan makanannya.
Kehidupan sosial di universitas membuatnya sering ikut minum bir dan makan makanan berlemak, sehingga ia lebih sering muntah. Sekalipun demikian berat badannya tetap bertambah 10 pon sehingga menjadi 120 pon.
Berat badan yang bertambah pada tahun pertama kuliah sebenarnya adalah masalah umum, tetapi pada suatu hari tanpa pikir panjang, ibunya berkomentar bahwa Phoebe tampak lebih gemuk. Komentar ini berakibat buruk pada Phoebe.
Ia merahasiakan masalahnya sampai awal tahun kedua kuliahnya. Pada suatu malam, setelah minum banyak bir di sebuah pesta, Phoebe dan teman temannya pergi ke Kentucky Fried Chicken. Meskipun tidak benar benar binge karena kehadiran teman temannya, tetapi Phoebe tetap boleh dibilang makan cukup banyak ayam, makanan yang termasuk terlarang dalam daftarnya.
Perasaan bersalah, kecemasan dan ketegangannya naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Perutnya berdenyut denyut kesakitan, tetapi saat ia berusaha muntah, refleks muntahnya tampaknya telah hilang.
Dengan histeris ia menelepon kekasihnya dan mengatakan kepadanya bahwa saat itu ia sudah siap bunuh diri. Isak tangisnya yang keras menarik perhatian teman temannya di asrama, yang kemudian datang untuk menenangkannya.
Ia menceritakan masalahnya kepada mereka. Ia juga menelepon kedua orang tuanya.
Pada titik ini, Phoebe menyadari bahwa hidupnya benar benar tidak terkontrol dan ia membutuhkan pertolongan profesional.
Catatan : Binge adalah episode yang relatif singkat dari konsumsi (biasanya makanan atau alkohol) yang eksesif dan tak terkontrol.
Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/