JULIE, Semakin Kurus Semakin Baik

Julie baru berumur 17, ketika mencari bantuan untuk pertama kalinya. Bila Anda perhatikan betul, dibalik matanya yang cekung dan kulitnya yang pucat, maka Anda dapat melihat bahwa sebelum menjadi seperti itu ia pastilah seorang gadis yang menawan.

Tetapi sekarang ia tampak kerempeng dan tidak sehat. Delapan belas bulan sebelumnya ia mengalami kegemukan. Berat badannya waktu itu mencapai 140 pon dibanding tinggi badannya yang hanya 5 kaki satu inci. Ibunya yang rewel, banyak menuntut dan bersikap terlalu menguasai, selalu mengomeli penampilan Julie. Teman temannya meskipun bersikap lebih baik, tetapi juga tidak kurang kerasnya.

Julie, yang belum pernah berkencan, diberi tahu oleh seorang temannya bahwa dirinya akan benar benar tampak menawan dan tidak akan mengalami kesulitan dalam mendapatkan teman kencan bila berat badannya lebih kurus. Jadi itulah yang dilakukannya. Setelah mengalami banyak kegagalan dalam percobaan percobaan sebelumnya, kali ini ia bertekad untuk sukses.

Setelah beberapa minggu menjalani diet ketat. Julie dapat melihat bahwa badannya tampak lebih langsing. Ia merasa mampu mengontrol dan menguasai sesuatu yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Itu tidak lama sebelum ia menerima komentar komentar positif dari teman teman maupun ibunya. Julie mulai merasa bangga pada dirinya sendiri.

Masalahnya ia kehilangan berat badan dengan terlalu cepat. Akibatnya menstruasinya terhenti. Tetapi sekarang tidak ada satupun yang dapat menghentikan dietnya.

Ketika tiba di klinik kami, beratnya hanya 75 pon, tetapi ia merasa dirinya tampak oke dan mungkin masih bisa mengurangi berat badannya sedikit lagi. Barulah orangtuanya merasa khawatir. Memang pada awalnya Julie tidak benar benar mencari bantuan untuk perilaku makannya. Ia telah mulai mengembangkan perasaan kebas pada tungkai bagian bawah kirinya dan telapak kaki kirinya melemah.

Dokter saraf menetapkan bahwa hal itu disebabkan oleh kelumpuhan saraf peritoneal yang diyakini berhubungan dengan kurang gizi. Dokter itu merujuknya keklinik kami.

Seperti sebagian besar penderita anoreksia lainnya, Julie mengatakan bahwa ia mestinya menambah sedikit berat badannya, tetapi ia tidak bersungguh sungguh dengan ucapannya itu. Ia menanggap dirinya tampak oke dan mengatakan bahwa dirinya telah kehilangan selera terhadap semua makanan.

Pernyataan ini tidak mungkin diucapkan dengan sungguh sungguh karena sebagian besar penderita anoreksia, meskipun tidak setiap kali, sebenarnya rakus terhadap makanan tetapi berusaha keras mengontrolnya.

Sekalipun demikian Julie masih mau mengikuti sebagian besar aktivitas yang biasa dilakukannya dan prestasinya di sekolah maupun di dalam kegiatan ekstrakurikuler masih tetap bagus. Orang tuanya membelikan banyak video kebugaran dan ia mulai mempraktekkannya setiap hari.

Mula mula hanya satu, lalu dua. Ketika orangtuanya mengatakan bahwa olah raganya sudah cukup atau mungkin sudah kebanyakan, tetapi ia secara sembunyi sembunyi tetap melakukannya.

Setelah makan, ia berolah raga mengikuti rekaman video sampai ia merasa kalori yang baru saja ditelannya telah terbakar habis.

Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

PHOEBE, Tampak Sempurna

Phoebe adalah seorang gadis yang benar benar klasik Amerika; populer, atraktif, cerdas dan berbakat.

Saat SMA, prestasinya luarbiasa. Selama SMA ia selalu terpilih menjadi anggota pengurus kelas dan pernah meraih gelar dalam beberapa kontes ratu ratuan. Ia mengencani kapten tim football di sekolahnya.

Gadis itu juga memiliki banyak talenta, termasuk menyanyi dan balet. Setiap tahun, saat perayaan Natal, kelompok baletnya memainkan Nutoracker Suite dan sebagai pemegang peran utama Phoebe menarik banyak perhatian dengan penampilannya yang mempesona.

Ia bermain di beberapa tim atletik di sekolahnya. Ia berhasil mempertahankan nilai rata-rata A dan dianggap sebagai seorang siswa panutan dan punya peluang besar untuk masuk ke universitas peringkat atas.

Tetapi Phoebe mempunyai hal buruk yang dirahasiakannya; ia dihantui oleh keyakinan bahwa dirinya gemuk dan jelek. Dalam pikirannya, setiap gigitan makanan yang masuk ke mulutnya sama saja dengan satu langkah lagi ke arah jalan yang akan menghancurkan kesuksesan dan kepopulerannya.

Phoebe telah mulai risau terhadap berat badannya sejak ia berumur 11 tahun. Sebagai seorang perfeksionis, sejak SMP ia sudah mulai mengatur makannya. Ia tidak mau sarapan (meskipun diprotes oleh ibunya), hanya makan semangkuk kecil pretzel saat makan siang dan hanya memakan separuh jatah makan malam yang disiapkan untuknya.

Perilakunya ini berlanjut hingga SMA, ketika ia berusaha keras membatasi porsi makannya untuk jaga jaga bila sesekali ia ingin memuaskan keinginannya untuk makan junk food. Kadang kadang ia memasukkan jari jarinya ke tenggorokannya setelah selesai makan banyak banyak (ia bahkan pernah menggunakan sikat gigi) supaya muntah, tetapi tidak pernah berhasil.

Selama kelas dua SMA, Phoebe mencapai tinggi badan optimalnya, 5 kaki 2 inci dan berat badannya selama SMA 110 pon. Berat badannya naik turun antara 105 dan 110 pon selama SMA. Selama tahun terakhirnya di SMA ia terobsesi dengan apa yang akan ia makan dan kapan ia harus makan. Ia mengerahkan seluruh tekad yang dimilikinya untuk membatasi makannya, tetapi kadang kadang tidak berhasil.

Pada suatu hari di musim gugur, sepulang dari sekolah dan duduk sendirian di depan TV, ia menghabiskan dua kotak besar permen. Depresi, merasa bersalah dan putus asa, ia pergi ke kamar mandi dan memasukkan jarinya dalam dalam kekerongkongannya, lebih dalam dibanding yang pernah dicobanya selama ini. Ia muntah muntah dan muntah lagi.

Meskipun terasa sangat letih secara fisik, hingga terbaring tanpa daya selama setengah jam, Phoebe tidak pernah merasa selega itu. Ia merasa terbebas dari kecemasan, perasaan bersalah dan ketegangan yang senantiasa menyertai saat saat binge nya. Ia tersadar telah memenuhi dorongan yang membuatnya menghabiskan semua permennya dan sekarang perutnya sudah kosong. Benar benar sebuah solusi yang sempurna untuk masalahnya selama ini.

Phoebe dengan cepat belajar menengarai makanan apa yang dapat dimuntahkan dengan mudah. Ia selalu minum banyak air. Ia mulai semakin ketat membatasi porsi makannya. Ia hampir tidak makan apapun sampai pulang sekolah, tetapi kemudian semua hasil mimpi dan rencananya sepanjang pagi akan diwujudkannya.

Meskipun makanan yang dilahapnya kadang kadang bervariasi tetapi tidak demikian halnya dengan rutinitasnya. Ia mampu melahap habis makan selusin donat dan sekotak kue. Saat sampai di rumah, ia bisa menambahnya dengan semangkuk popcorn yang dibuatnya sendiri.

Lalu ia makan, makan dan makan, menjejalkan donat, kue dan popcorn sampai perutnya sakit. Akhirnya dengan perasaan campur aduk antara jijik dan lega ia memaksa dirinya muntah. Setelah itu ia akan menimbang berat badannya, untuk memastikan bahwa berat badannya tidak bertambah, lalu jatuh terkapar di ranjang dan tertidur selama kira kira setengah jam.

Rutinitas ini terus berlanjut hingga sekitar 6 bulan sampai pada bulan April di tahun terakhir SMA nya. Pada saat itu Phoebe telah kehilangan banyak energinya dan prestasinya mulai merosot. Guru gurunya melihat hal ini dan bagi mereka Phoebe tampak sangat menyedihkan.

Ia senantiasa merasa lelah, kulitnya kering, wajahnya tampak bengkak bengkak, terutama di sekitar mulut. Guru guru dan ibunya curiga bahwa ia mempunyai masalah makan. Ketika mereka memanggil Phoebe, gadis itu merasa lega karena akhirnya masalahnya diketahui orang.

Dalam usaha mengeliminasi kesempatan untuk binge dan kemudian memuntahkannya, ibunya mengatur jadwalnya sendiri agar ia ada di rumah pada saat putrinya sampai di rumah. Secara umum orangtuanya meminimalkan kesempatan Phoebe untuk benar benar sendirian, terutama setelah makan.

Taktik ini berjalan baik selama lebih kurang satu bulan. Tetatapi karena takut setengah mati bahwa berat badannya akan bertambah dan dengan demikian akan kehilangan popularitasnya, Phoebe kembali lagi ke pola lamanya, tetapi sekarang ia lebih pintar menyembunyikannya. Selama enam bualan Phoebe melakukan binge dan memuntahkannya lagi selama lebih kurang 15 kali seminggu.

Saat Phoebe memasuki universitas pada musim gugur, masalah ini menjadi lebih sulit lagi. Sekarang ia mempunya teman sekamar dan ia semakin bertekad untuk menyembunyikan masalahnya rapat rapat.

Meskipun pelayanan kesehatan untuk mahasiswa menawarkan berbagai lokakarya dan seminar tentang gangguan makan kepada para mahasiswa baru, Phoebe tahu bahwa ia tidak mungkin memutus lingkaran setannya tanpa beresiko menambah berat badan. Untuk menghindari memakai kamar mandi yang digunakan bersama dengan teman sekamarnya, ia pergi ketempat sepi di belakang gedung untuk memuntahkan makanannya.

Kehidupan sosial di universitas membuatnya sering ikut minum bir dan makan makanan berlemak, sehingga ia lebih sering muntah. Sekalipun demikian berat badannya tetap bertambah 10 pon sehingga menjadi 120 pon.

Berat badan yang bertambah pada tahun pertama kuliah sebenarnya adalah masalah umum, tetapi pada suatu hari tanpa pikir panjang, ibunya berkomentar bahwa Phoebe tampak lebih gemuk. Komentar ini berakibat buruk pada Phoebe.

Ia merahasiakan masalahnya sampai awal tahun kedua kuliahnya. Pada suatu malam, setelah minum banyak bir di sebuah pesta, Phoebe dan teman temannya pergi ke Kentucky Fried Chicken. Meskipun tidak benar benar binge karena kehadiran teman temannya, tetapi Phoebe tetap boleh dibilang makan cukup banyak ayam, makanan yang termasuk terlarang dalam daftarnya.

Perasaan bersalah, kecemasan dan ketegangannya naik ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Perutnya berdenyut denyut kesakitan, tetapi saat ia berusaha muntah, refleks muntahnya tampaknya telah hilang.

Dengan histeris ia menelepon kekasihnya dan mengatakan kepadanya bahwa saat itu ia sudah siap bunuh diri. Isak tangisnya yang keras menarik perhatian teman temannya di asrama, yang kemudian datang untuk menenangkannya.

Ia menceritakan masalahnya kepada mereka. Ia juga menelepon kedua orang tuanya.

Pada titik ini, Phoebe menyadari bahwa hidupnya benar benar tidak terkontrol dan ia membutuhkan pertolongan profesional.

Catatan : Binge adalah episode yang relatif singkat dari konsumsi (biasanya makanan atau alkohol) yang eksesif dan tak terkontrol.

Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Obesitas ?

Ada dua bentuk pola makan yang maladaptif di kalangan orang orang yang menampilkan gejala obesitas. Yang pertama adalah binge eating (makan berlebih) dan yang kedua adalah night eating syndrome (sindroma makan di malam hari.

Gangguan makan berlebih adalah pola makan yang melibatkan distres yang menginduksi makan berlebih yang tidak diikuti dengan perilaku penyingkiran (purging).

Penelitian mutakhir difokuskan pada sekelompok individu yang mengalami distres yang nyata karena makan berlebih tetapi tidak terlibat perilaku kompensatoris ekstrem sehingga tidak dapat didiagnosis dengan bulimia (Castonguay, Eldredge dan Agras, 1995; Fairburn dan kawan kawan, 1998; Spitzer dan kawan kawan, 1991).

Para penderita gangguan makan berlebih (binge-eating disorder) memiliki kerisauan tertentu mengenai bentuk dan berat badannya seperti halnya para penderita bulimia dan anoreksia (Eldredge dan Agras, 1966; Fairburn dan kawan kawan, 1998; Willey, Schwartz, Spurrell dan Fairburn, 2000). Selain itu tampaknya 33% makan berlebih cenderung meningkatkan bad mood atau afek negatif.

Tetapi perlu dicatat bahwa hanya sebagian kecil pasien obesitas yaitu 7%-9% yang menunjukkan pola pola makan berlebih. Bila mereka menunjukkan gejala ini, penanganan untuk perilaku makan berlebihnya harus diintegrasikan dengan program penurunan berat badan.

Albert J. Stunkard mendeskripsikan sindroma makan di malam hari untuk pertama kalinya hampir 50 tahun yang lalu, sebagai sebuah pola makan yang terjadi pada waktu yang salah menurut jam tubuh. Mereka mengalami sindroma makan di malam hari menyantap makan ketiga atau lebihnya setiap hari setelah saat makan malam dan bangun paling tidak satu kali di tengah malam untuk menyantap kudapan berkalori tinggi. Tetapi di pagi hari, mereka tidak merasa lapar dan biasanya tidak sarapan.

Mereka juga tidak melakukan bingeing dan purging. Kudapan favoritnya adalah sandwich yang berisi selai kacang. Individu yang mengalaminya dalam keadaan terjaga penuh saat melakukan pola makan di malam harinya.

Sindroma makan di malam hari adalah target penanganan yang penting di semua program obesitas, yang dimaksudkan untuk mengatur ulang pola makan penderita sehingga mereka makan lebih banyak di siang hari pada saat energi mereka paling banyak dikeluarkan.

Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/