Konsumerisme…….. sebuah gaya hidup (life style) atau gaya mati (dead style) ?

Konsumerisme memposisikan Anda sebagai objek atau lebih kasar lagi sebagai “korban” untuk dihisap “darah” nya.

Bagian bagian tubuh yang seharusnya disyukuri sebagai anugerah Tuhan seperti rambut, kulit, dsb. di “citra” kan sebagai sesuatu yang harus disesali. Mau buktinya ?

Pencitraan rambut yang indah adalah rambut yang lurus, membuat pemilik rambut keriting alami gelisah. Pencitraan kulit putih adalah cantik membuat pemilik kulit hitam manis menjadi menyesal. Demikian pula pencitraan tubuh yang ideal adalah yang langsing (fenomena boneka Barbie) meningkatkan Bulimia dan Anoreksia.

Demikian pula dengan pencitraan “high class” jika Anda menggunakan merek merek tertentu, mendorong Anda mengorek dompet lebih dalam.

Disisi lain, banyaknya model ataupun feature feature tambahan dari produk, mengaburkan Anda terhadap kebutuhan akan “fungsi” produk, menjadi kebutuhan akan “kepuasan”.

Ditambah banyaknya fasilitas penunjang seperti kartu kredit serta leasing semakin menyuburkan kebiasaan berhutang.

Hal itu semua tidak lepas dari peran media informasi. Posisi media informasi saat ini telah bergeser posisinya menjadi media iklan. Kehausan manusia akan informasi telah ditunggangi sebagai “jebakan maut” yang akan mengantarkan Anda pada bentuk “kecanduan” lain yaitu “konsumerisme”.

Dan saat Anda telah menjadi seorang pengidap kecanduan belanja atau “shopaholic” atau “oniomania”, kecanduan bedah plastik atau “tomomania”, terobsesi pada bentuk tubuh ideal, ketagihan pada barang elektronik dsb., bersiap siaplah Anda menjadi “budak” nya.

Saya jadi ingat problem sosial yang marak terjadi di desa desa seperti seorang anak yang tega melukai orang tuanya karena memaksa dibelikan motor.

Jadi masihkah kita akan menyebut “konsumerisme” sebagai sebuah gaya hidup (life style) atau justru sebaliknya ?

Apakah Anda merasa “kecanduan” konsumerisme dan ingin berubah ?

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/