“Aku makan, lalu merasa bersalah. Kadang, aku sembunyi di kamar mandi hanya untuk muntahkan semuanya. Bukan karena ingin kurus semata, tapi karena kepalaku tak berhenti menekan, menuntut, mencemaskan.”
Kalau kamu merasa relate dengan kalimat di atas, kamu tidak sendiri. Ada banyak orang, bahkan yang terlihat ceria di layar kaca, yang mengalami pertarungan serupa setiap hari.
Salah satu figur publik Indonesia, Marshanda, pernah terbuka mengenai perjuangannya melawan gangguan makan, termasuk bulimia nervosa. Di balik popularitas dan senyuman di media, ada tekanan psikis yang luar biasa. Kita sering lupa bahwa tekanan mental itu tidak selalu tampak di luar—kadang, ia diam-diam menggerogoti dari dalam.
💔 Bulimia Bukan Sekadar Soal Makanan
Bulimia nervosa bukan cuma tentang ingin tubuh ideal. Ia sering menjadi pelarian dari overthinking, rasa malu, takut akan masa depan, dan keinginan untuk tetap terlihat “baik-baik saja” di mata dunia.
Mungkin kamu juga sering:
- Merasa sangat bersalah setelah makan 🍽️
- Diam-diam muntah atau menggunakan obat pencahar 💊
- Takut orang tahu kamu sedang tidak baik-baik saja 🫥
- Susah tidur karena pikiran tidak pernah berhenti berisik 😵💫
- Sakit lambung, lemas, pusing, atau psikosomatis lainnya 🌀
Kondisi ini nyata. Bukan drama. Bukan cari perhatian. Ini butuh pertolongan.
🔍 Tekanan Mental Itu Nyata, dan Kamu Tidak Gagal
Merasakan cemas, tertekan, atau terlalu keras pada diri sendiri bukanlah tanda kelemahan. Itu tanda kamu manusia. Kita hidup di dunia yang menuntut terlalu banyak — harus sempurna, harus kurus, harus sukses. Tapi… siapa yang sanggup menanggung itu semua tanpa luka?
⚠️ Risiko Karir dan Sosial yang Sering Diabaikan
Gangguan makan seperti bulimia bisa berdampak lebih besar dari yang kamu kira:
- Gangguan konsentrasi dan performa kerja 🧠
- Hubungan sosial yang jadi renggang 🧍♀️↔️🧍♂️
- Penurunan daya tahan tubuh hingga risiko jantung 🫀
- Depresi berkepanjangan dan kehilangan semangat hidup 🌑
Jika kamu pekerja, mahasiswa, istri, atau bahkan seorang profesional, semua ini bisa mengganggu produktivitas, relasi, bahkan kepercayaan dirimu secara perlahan.
✨ Yuk, Refleksi Sebentar…
Coba tanyakan ke dirimu sendiri:
“Sampai kapan aku harus pura-pura kuat?”
“Apa aku benar-benar harus menyakiti diri agar orang lain senang?”
“Kalau aku terus begini, bagaimana dengan masa depan dan tubuhku sendiri?”
Tidak perlu menjawab sekarang. Tapi berani bertanya pada diri sendiri, itu sudah langkah awal penyembuhan.
💡 Saatnya Cari Bantuan yang Sesuai — Profesional, Ilmiah, dan Aman
Jangan tunggu sampai tubuhmu menyerah atau jiwamu runtuh. Kamu layak mendapat pendampingan dari tenaga profesional yang benar-benar paham kondisi ini — bukan sekadar menyuruh makan atau menyalahkan kamu.
Salah satu tempat yang sangat direkomendasikan adalah S.E.R.V.O® Clinic di Jakarta.
🧠 Terapinya berbasis ilmiah dan tanpa obat
👂 Sabar mendengarkan dan penuh empati
📍 Tempat nyaman, bisa terapi jarak jauh lewat video/voice call
✅ Cocok untuk kamu yang ingin mengatasi gangguan makan, overthinking, insomnia, kecemasan, bahkan trauma masa lalu
#SERVOClinic telah membantu banyak klien dari berbagai profesi sejak 2005.
🌱 Menjaga Mental Itu Tanggung Jawab Diri Sendiri
Kamu bukan egois saat memutuskan untuk sembuh.
Kamu tidak salah karena ingin merasa utuh.
Dan kamu sangat berhak untuk kembali bahagia, tanpa rasa bersalah terhadap makanan, tubuh, atau hidupmu sendiri.
👉 Yuk, mulai perjalanan pulihmu. Kamu tidak harus sempurna untuk dicintai, tapi kamu bisa mulai menyayangi diri—hari ini.
🕊️ Karena saat kamu menjaga mentalmu, kamu sedang menyelamatkan hidupmu.
#BulimiaAwareness #MentalHealthMatters #SERVOClinic #TerapiTanpaObat #KesehatanMentalAdalahHakmu