Kecanduan Korupsi?

Terlepas dari heboh soal ditangkapnya menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo oleh KPK dinihari ini, Rabu, 25 November 2020 di bandara Soekarno Hatta.

Ada banyak teori yang dapat menjelaskan kenapa korupsi dapat terjadi, salah satunya adalah Fraud Triangle Theory yang diusung oleh Donald R Cressey yang menyatakan bahwa kecurangan dipengaruhi oleh 3 hal yaitu kesempatan, motivasi dan rasionalisasi.

Teori tersebut mirip dengan kredo yang sering digaungkan oleh sebuah acara TV, Bang Napi yaitu “Kejahatan tidak selalu terjadi hanya karena niat pelakunya, tetapi juga kesempatan. Waspadalah, waspadalah!”.

Jadi terdapat dua situasi yang perlu dikendalikan yaitu kesempatan yang sangat ditentukan oleh sistem sebuah organisasi yang mengelola keuangan dan niat sipelaku yang berhubungan dengan moral ataupun integritas.

 Amundsen dalam Research on Corruption: A Policy Oriented Survey menyebutkan bahwa terdapat 6 karakteristik dasar korupsi, yaitu: suap (bribery), penggelapan (embezzlement), penipuan (fraud), pemerasan (extortion), favoritisme dan nepotisme.

Lalu hal apa yang menyebabkan seseorang memiliki dorongan kuat untuk melakukan korupsi ataupun mengulangi perbuatan korupsi?

Menurut pendapat saya pribadi dan perlu diteliti lebih lanjut, sama seperti bentuk bentuk kecanduan lainnya, seseorang sering tanpa sadar menjadikan korupsi sebagai salah satu sarana untuk menumpuk lebih banyak rasa nyaman.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh kecemasan kronis yang diderita ybs. akibat trauma miskin di masa lalunya. Hanya saja trauma miskin termasuk wilayah yang sangat pribadi dan sangat sulit ditembus oleh sebuah terapi ataupun hukuman, kecuali kesadaran berubah datang dari dalam diri ybs.

Untuk itu, sebelum menjadi sasaran tembak KPK berikutnya, jika Anda termasuk salah satu pemegang akses keuangan, pastikan Anda terbebas dari trauma miskin.

Ingin bebas dari kecanduan korupsi ? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Sulit Mema’afkan Diri?

Dalam proses bertumbuh, tidak ada manusia yang bisa langsung tumbuh sempurna, melainkan melalui proses penyempurnaan yang terus menerus.

Itu sebabnya kenapa seorang anak untuk mencapai tahap mampu berlari harus melalui tahapan pembelajaran mulai dari tengkurap, duduk, merangkak, belajar berdiri, berjalan dan akhirnya berlari.

Untuk melalui setiap tahapanpun, diperlukan waktu yang tidak sedikit, tenaga dan usaha yang keras, bahkan tidak jarang diselingi dengan jatuh bangun dan rasa sakit.

Satu hal yang menarik para bayi umumnya tidak terlalu peduli dengan berapa kali jumlah jatuh bangun ataupun rasa sakit yang dirasakan, melainkan fokus pada upaya menaklukkan tahapan bertumbuhnya.

Disinilah peran orang tua atau pengasuh menjadi sangat penting, khususnya menumbuhkan pengertian bahwa rasa sakit saat jatuh bukanlah hal buruk yang harus disesali, melainkan cuma sinyal untuk menyempurnakan cara duduk, cara berdiri, cara berjalan ataupun cara lari yang benar.

Begitu pula dengan tahapan seseorang untuk menjadi dewasa, berbuat keliru, berbuat salah ataupun khilaf adalah adalah tahapan alamiah yang harus dilalui semua orang sebelum akhirnya menjadi sempurna.

Jadi perilaku menyesali diri, menghukum diri apalagi sampai sulit memaafkan diri adalah sebuah perilaku yang menzalimi diri sendiri karena menutup peluang seseorang untuk bisa terus menyempurnakan dirinya.

Ingin mudah memaafkan diri sendiri? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Salah Memilih Jurusan

Apakah kita merasa salah memilih peminatan saat di SLA atau salah memilih fakultas saat kuliah ataupun salah memilih pekerjaan?

Umumnya kita baru merasa sedang berada pada jurusan yang salah saat sudah terlanjur berkecimpung di bidang tersebut.

Hal tersebut ditandai dengan perasaan tidak nyaman, gelisah, mudah tegang, sulit konsentrasi, fobia, bingung saat berinteraksi dengan aktifitas tersebut dan cenderung menghindar, timbul perasaan malas, menunda dan tidak jarang mulai terjebak pada bentuk bentuk kecanduan.

Adapun pemicunya bisa di sebabkan oleh banyak macam seperti ketidak siapan saat memilih jurusan, patuh pada orang tua, ikut teman, menghindari pelajaran tertentu, hasil psikotes yang tidak akurat dll.

Namun penyebabnya bisa jauh lebih awal seperti trauma dimarahi orang tua saat kecil, dihukum guru, trauma dibully, orang tua yang terlalu khawatir dll.

Untuk itu ada dua cara yang bisa dilakukan, jika kesadaran muncul di awal awal salah jurusan dan masih dimungkinkan untuk pindah jurusan yang paling kita sukai maka sebaiknya diubah, namun jika kesadaran salah jurusan baru muncul belakangan maka dengan bantuan terapi hal tersebut InshaaAllah masih dapat diatasi.

Ingin jadi yang terbaik? KLIK > https://servo.clinic/alamat/