Sebagai sebuah konsep, ISO 9000 versi 2000 merupakan sebuah konsep yang cukup ideal. Alasannya ?

• Untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dilakukan melalu “pendekatan proses”. Ini bermakna bahwa semua pihak harus “sadar” bahwa peningkatan mutu hanya dapat dicapai melalui “proses pembelajaran” yang terus menerus dan berorientasi tumbuh (Pengantar 0.2).
• Wajib ditetapkannya Kebijakan Mutu perusahaan. Ini merupakan simbol “komitmen manajemen puncak” dalam penerapan sistem manajemen mutu di perusahaan (Pasal 5.3)
• Ditetapkannya “sasaran mutu” tidak lagi pada level corporate (ISO 9000 versi 1994), melainkan pada level “fungsi” ataupun “tingkat relevan” lainnya (Pasal 5.4.1, ISO 9000 versi 2000). Hal ini memberikan kejelasan akan kontribusi dan tanggung jawab masing masing bagian terhadap Kebijakan Mutu perusahaan.

Akan tetapi jika setelah Sertifikasi ISO 9000 ternyata performanya biasa biasa saja, bahkan malah menambah pekerjaan administratif, maka kemungkinan penyebab gagalnya adalah :

• Sistem tidak dibangun disemua lini perusahaan, sehingga sistem hanya terpusat pada Management Representative atau sekretariat ISO saja.
• Temuan ketidak sesuaian (non conformance) difahami sebagai “aib / kesalahan fatal” fungsi terkait. Padahal jika merujuk pada Pengantar 0.2 bagian d, jelas tersirat bahwa ketidak sesuaian (non conformance) merupakan bagian dari “Perbaikan yang berkelanjutan dari proses berdasarkan pengukuran yang objektif.”
• “Kebijakan Mutu” hanya sebatas memenuhi persyaratan sertifikasi. Kebijakan mutu tidak dijadikan “roh” perusahaan, tetapi hanya sebuah “slogan indah” yang dibingkai emas. Sehingga penyelesaian persoalan yang memerlukan komitmen top manajemen, tidak memperoleh dukungan.
• “Sasaran Mutu” tidak benar benar “diinginkan” oleh fungsi terkait.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/