Keselarasan Sosial ?

Gagasan bahwa ada yang disebut kecerdasan kelompok berasal dari Robert Sternberg, ahli psikologi di Yale dan Wendy Williams, seorang mahasiswa pasca sarjana yang berusaha mencari jawaban mengapa kelompok kelompok tertentu jauh lebih efektif daripada kelompok kelompok lainnya (Wendy Williams dan Robert Sternberg).

“Sebenarnya, apabila orang bersatu untuk bekerja dalam suatu kelompok, masing masing membawa bakatnya sendiri sendiri-misalnya, kefasihan verbal yang tinggi, kreatifitas, empati atau keahlian teknis. Meskipun sebuah kelompok tak mungkin “lebih cerdas” daripada jumlah keseluruhan kelebihan spesifik ini, kelompok itu bisa jadi jauh lebih bodoh apabila proses internalnya tidak memungkinkan orang untuk saling mengisi bakat bakatnya.

Ungkapan ini terbukti ketika Sternberg dan William merekrut orang untuk ambil bagian sebagai anggota kelompok kelompok yang diberi tantangan kreatif yaitu membuat kampanye iklan yang efektif bagi pemanis fiktif yang diproyeksikan sebagai pengganti gula.

Salah satu yang mengejutkan adalah bahwa orang yang terlampau berhasrat untuk ikut ambil bagian justru menjadi penghambat kelompoknya, sehingga menurunkan kinerja kelompok secara keseluruhan; mereka yang amat bernafsu itu terlampau mengurusi ini itu atau menguasai. Orang orang semacam itu agaknya kurang menguasai unusur unsur dasar kecerdasan sosial, yaitu kemampuan untuk mengenali apa yang pas dan apa yang tidak pas dalam hubungan saling memberi dan menerima. Faktor buruk lainnya adalah sikap diam, anggota anggota yang tidak mau berperan serta.

Faktor tunggal yang paling penting untuk memaksimalkan keunggulan hasil usaha suatu kelompok adalah kadar yang dapat dicapai anggota anggotanya untuk mampu menciptakan keadaan selaras internal, keadaan yang membuat kelompok dapat memanfaatkan bakat anggota anggotanya secara maksimal.

Dalam kelompok yang dilanda gangguan sosial dan emosional yang tinggi-entah itu berasal dari rasa takut atau amarah, dari persaingan atau kebencian-orang tidak mampu bekerja dengan baik. Tetapi keselarasan memungkinkan suatu kelompok memanfaatkan kemampuan anggota anggotanya yang paling kreatif dan berbakat dengan maksimal.

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Kecerdasan Kelompok ?

Di penghujung abad ini, sepertiga dari angkatan kerja Amerika akan diisi oleh “pekerja pintar”, orang yang produktifitasnya ditandai dengan bertambahnya nilai pada informasi-entah sebagai analis pasar, pengarang atau pemrogram komputer.

Peter Drucker, pakar bisnis terkemuka yang mencetuskan istilah “pekerja pintar”, mengutarakan bahwa kemahiran pekerja pekerja semacam itu betul betul terfokus dan bahwa produktifitas mereka bergantung pada upaya mereka yang dikoordinasikan sebagai bagian dari tim organisasi: pengarang bukanlah penerbit, pemrogram komputer bukanlah distributor perangkat lunak.

Walaupun orang biasanya selalu bekerja bersama sama, kata Drucker, dengan kerja pintar, “tim menjadi unit kerja yang utuh, bukan individu itu sendiri.” (Peter Drucker). Dan hal tersebut menandakan mengapa kecerdasan emosional, keterampilan yang membantu orang untuk menyelaraskan diri akan menjadi semakin dihargai sebagai aset perusahaan dalam tahun tahun mendatang.

Barangkali bentuk paling dasar dari kerja kelompok suatu organisasi adalah rapat, bagian tak terelakkan dari nasib seorang eksekutif-di ruang direksi, di telekonferensi, di kantor seseorang. Kapanpun orang berkumpul untuk bekerja sama, baik dalam rapat perencanaan eksekutif atau dalam tim yang bekerja untuk menghasilkan suatu produk, pasti terdapat makna amat nyata yang menyatakan adanya IQ kelompok, yaitu total himpunan bakat dan keterampilan orang orang yang terlibat. Dan seberapa baik mereka menyelesaikan tugasnya ditentukan oleh tingginya IQ itu.

Unsur tunggal paling penting pada kecerdasan kelompok, ternyata bukanlah IQ rata rata dalam artian akademis, melainkan “IQ” dalam artian kecerdasan emosional. Kunci bagi IQ kelompok yang tinggi adalah keselarasan sosial. Kemampuan untuk menyelaraskan diri inilah, dengan asumsi segala sesuatunya setara akan membuat suatu kelompok menjadi amat berbakat, produktif dan sukses, sedang kelompok lain-dengan anggota anggota yang bakat serta keterampilannya setara untuk segi segi lain-akan gagal.

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Umpan Balik ?

Sebenarnya, persoalan umpan balik adalah bagaimana orang mendapatkan informasi yang penting untuk menjaga agar upayanya tidak menyimpang dari jalur.

Dalam artian aslinya seperti tercantum dalam teori tentang sistem, umpan balik berarti pertukaran data tentang bagaimana satu bagian sistem bekerja-dengan pengertian bahwa satu bagian mempengaruhi semua bagian lain dalam sistem-sehingga setiap bagian yang melenceng dari jalur dapat diperbaiki.

Dalam setiap perusahaan, setiap orang merupakan bagian dari sistem dan dengan demikian umpan balik merupakan darah kehidupan organisasi-pertukaran informasi yang membuat orang mengetahui apakah tugas yang mereka kerjakan sudah berjalan baik atau masih harus dipertajam, ditingkatkan atau diarahkan kembali.

Tanpa umpan balik, orang berada dalam kegelapan; tidak mempunyai bayangan bagaimana bersikap terhadap atasan, terhadap kolega, atau apa yang diharapkan dari mereka dan setiap masalah hanya akan semakin parah seiring dengan berjalannya waktu.

Sumber : Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/