Budaya merokok sudah dikenal berabad lalu, bahkan suku Indian kuno sudah menjadikan budaya merokok sebagai bagian dari upacara adat mereka.
Dari sisi psikis merokok bisa jadi merupakan perpanjangan kebiasaan bayi saat gelisah dan akan segera mencari “puting” ibunya yang dapat segera memberikan rasa nyaman. Didaerah bibir terdapat indra peraba (reseptor) korpuskulus yang sangat peka dan dapat meneruskan impuls “nikmat” ke otak.
Seseorang yang merasa cemas akibat tidak mampu mengendalikan dirinya akan secara otomatis mencari zona nyamannya (lari dari masalah ?) yang bisa didapat dari kebiasaan makan, tidur, menunda pekerjaan, malas, obsesif kompulsif dan salah satunya dari kebiasaan merokok.
Perokok tentu tahu tentang daftar panjang bahaya merokok seperti : tulang rapuh, kulit cepat kriput, gangguan pencernaan, kanker pita suara, resiko keguguran, leukimia, lahir prematur, kanker rahim, menstruasi terganggu, mata rusak, merusak gigi, kanker rahim, jantung, bayi cacat, kanker lidah, impoten, kanker tenggorokan, kanker paru, dsb.
Namun….. mengapa belum punya keinginan berhenti, atau jika sudah ingin berhenti, mengapa tetap sulit ?
Karena bahaya tersebut masih berupa “ancaman” dan belum menimbulkan “kerugian” ataupun kesakitan yang nyata.
Sementara “nikmatnya” rokok sudah “terasa” dan memberikan rasa “nyaman” walaupun “palsu”.
Belum lagi perokok secara tidak sadar dibombardir terus menerus dengan pencitraan “seolah olah positif” seperti merokok itu “jantan” (apa hubungannya antara rokok dengan kuda atau pemburu ?), merokok itu “pemberani” (apa hubungannya antara rokok dengan terjun payung ?), merokok itu “pahlawan” (apa hubungannya antara rokok dengan perayaan 17 Agustus ?), merokok itu “kreatif” (apa hubungannya antara rokok dengan iklan yang kagak nyambung ?)
Demikian pula karena alasan sponsorship, adanya pencitraan merokok itu “berselera seni” (dihubungkan dengan pentas musik) dan yang lebih tidak waras lagi adanya pencitraan merokok itu “sehat” (dihubungkan dengan pertandingan tinju, sepak bola, bulu tangkis, voli dsb.)
Itu sebabnya nasihat berhenti merokok terbaik tidak “bekerja” karena mereka memang sedang tidak “sadar” atau jika sadar mereka tidak tahu “cara” untuk memberhentikannya.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/
Nice Article!
Kira-kira berapa biaya terapi menghentikan kecanduan rokok ya Pak ?
Btw, saya merokok bukan karena pencitraan, saya merokok membuat rokok saya nyaman.
Silahkan hubungi http://servoclinic.com/alamat/.
Jika bapak bermurah hati tolong dong resep untuk berhenti merokok.
Sebaiknya di terapi !