Gangguan penggunaan Kokain adalah masalah kognitif, biologis, perilaku dan sosial yang terkait dengan penggunaan dan penyalahgunaan kokain.
Penggunaan dan penyalahgunaan obat obatan termasuk yang menimbulkan gangguan penggunaan kokain, mengalami pasang surut sesuai gaya hidup yang berlaku di masyarakat, suasana perasaan dan sanksi yang terkait dengannya (Uddo, Malow dan Sutker, 1993). Kokain menggantikan tempat amfetamin sebagai stimulan pilihan pada 1970an (Stein dan Ellinwood, 1993).
Kokain merupakan derivasi daun daun koka, sejenis semak berbunga yang berasal dari Amerika Selatan. Orang orang Amerika Latin telah mengunyah daun koka selama berabad abad untuk menghilangkan rasa lapar dan penat (Musto, 1992).
Ciri ciri Gangguan Intoksikasi Kokain menurut DSM-IV-TR meliputi :
- Perilaku tidak semestinya atau perubahan psikologis yang menghambat fungsi karena penggunaan kokain.
- Terdapat dua atau lebih dari tanda tanda : detak jantung yang meningkat atau berkurang, dilatasi (pembesaran) pupil, tekanan darah yang naik atau turun, berkeringat atau menggigil kedinginan, mual, berat badan turun secara signifikan, agitasi atau perlambatan psikomotorik, kelemahan otot, kebingungan, kejang kejang atau koma.
Seperti amfetamin, dalam jumlah kecil kokain meningkatkan kesiagaan, menghasilkan euforia, menaikkan tekanan darah dan denyut nadi dan mengakibatkan insomnia serta kehilangan nafsu makan.
Selama pemakaian eksesif seorang pengguna kokain sering menjadi paranoid, mengalami ketakutan yang berlebihan bahwa ia akan ditangkap atau bahwa seseorang akan mencuri kokainnya. Paranoia semacam ini lazim dijumpai dikalangan penyalahguna kokain, yang terjadi pada dua pertiga kasus atau lebih (Mack dan kawan kawan, 2003; Satel, 1992).
Kokain juga membuat jantung berdetak lebih kencang dan tak beraturan dan ini dapat menimbulkan konsekuensi fatal, tergantung kondisi fisik orang itu dan jumlah obat yang dicernanya.
Kokain berada dalam kelompok stimulan yang sama dengan amfetamin karena memiliki efek efek yang mirip pada otak. Stimulasi neuron dopamin di pleasure pathway (tempat diotak yang tampaknya terlibat dalam menumbuhkan pengalaman perasaan senang/nikmat) menyebabkan keadaan high yang terkait dengan penggunaan kokain.
Pada akhir 1980an banyak orang menganggap kokain sebagai obat ajaib yang menghasilkan perasaan euforia tanpa menjadi kecanduan (Franklin dan Frances, 1999). Kokain ternyata menipu kita. Ketergantungannya memang tidak secepat ketergantungan pada obat obat lainnya. Biasanya orang hanya merasa bahwa mereka semakin tidak mampu menolak untuk menggunakannya dalam jumlah lebih banyak (Mack dan kawan kawan, 2003).
Hanya ada beberapa efek negatif yang mula mula dirasakan. Tetapi, dengan penggunaan berkelanjutan, tidur menjadi terganggu, toleransi yang semakin tinggi menyebabkan timbulnya kebutuhan untuk memakai dosis yang semakin besar, paranoia dan gejala gejala negatif lain mulai terlihat dan pengguna kokain secara gradual semakin terisolasi secara sosial.
Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.
Ingin bebas kecanduan? KLIK > https://servo.clinic/alamat/
Catatan : Ruang lingkup pelayanan S.E.R.V.O® hanya pada tahap Pasca Detoksifikasi. Tujuan terapi adalah menghilangkan efek “sugesti” sehingga mencegah resiko kambuh kembali (relapse).