Tahun tahun terakhir milenium ini memperkenalkan Zaman Kemurungan, seperti halnya abad kedua puluh satu menjadi Zaman Kecemasan.
Data internasional memperlihatkan apa yang tampaknya merupakan wabah depresi modern, wabah yang meluas seiring dengan diterimanya gaya hidup modern di seluruh dunia.
Masing masing generasi penerus di seluruh dunia sejak awal abad ini telah hidup dengan resiko lebih tinggi daripada orang tua mereka untuk menderita depresi berat-bukan sekedar kemurungan, melainkan kelesuan yang melumpuhkan, rasa ditolak, serta rasa kasihan pada diri sendiri dan keputus asaan yang hebat-sepanjang perjalanan hidupnya (Patricia Cohen et. al.).
Dan serangan serangan tersebut dimulai pada usia yang makin dini. Depresi masa kanak kanak, yang dahulu praktis tidak dikenal (atau sekurang kurangnya tidak diakui) sedang muncul sebagai barang biasa dalam panggung dunia modern.
Meskipun kemungkinan untuk mengalami depresi meningkat sejalan dengan usia, kenaikan tertinggi terjadi pada kaum muda. Mereka yang dilahirkan setelah tahun 1955, di banyak negara, memiliki kemungkinan tiga kali lipat atau lebih-daripada kakek nenek mereka -untuk mengalami depresi berat dalam suatu tahap kehidupannya.
Di antara orang Amerika yang lahir sebelum tahun 1905, laju yang mengalami depresi berat selama hidup hanyalah 1 persen; orang Amerika yang lahir sejak 1955, pada umur 24 tahun, kurang lebih 6 persennya mengalami depresi. Mereka yang lahir antara 1945 dengan 1954, berpeluang mengalami depresi berat sebelum umur 34, sepuluh kali lipat lebih besar daripada yang lahir antara tahun 1905 dan 1914 (Peter Lewinsohn et.al.).
Dan bagi tiap generasi, awal serangan depresi pertama seseorang cenderung terjadi pada umur yang makin lama makin muda.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/