Jati diri dalam banyak literatur psikologi perkembangan didefinisikan sebagai individu yang mengenal dirinya sendiri.

Dengan demikian seseorang dikatakan telah menemukan jati dirinya saat yang bersangkutan mulai merasa nyaman dengan dirinya, tau apa yang diinginkan dirinya, mengetahui mana yang penting untuk dilakukan, tau kapan harus cuek dsb.

Dalam sebuah pencarian jati-diri, sering seseorang tanpa sadar merasa terjebak dalam sebuah aturan atau pola seperti ingin menyenangkan orang tua, teman, guru atau orang orang disekitar.

Namun bagi seseorang yang tidak ingin dikendalikan oleh orang lain, maka yang bersangkutan akan berusaha membaliknya dan menunjukkan sikap berbeda dan inilah yang dipersepsikan orang lain sebagai aneh, tampil beda bahkan dapat dianggap mbalelo alias bandel.

Setiap pilihan sikap memiliki konsekuensi masing masing masing dimana jika pilihan sikap yang dipilih berbeda dengan harapan sekitar maka yang bersangkutan tumbuh menjadi pribadi yang berprinsip, kreatif namun pada saat yang sama timbul perasaan asing dan berjarak dengan orang lain.

Sebaliknya jika yang dipilih adalah memenuhi harapan sekitar maka yang bersangkutan merasa diterima, namun tanpa sadar tumbuh menjadi pribadi yang suka bermain aman, cenderung disiplin, penurut kalau tidak boleh disebut pasif.

Jadi tidak ada yang salah dengan karakter dasar awal apakah kita seorang yang pendiam atau aktif, memiliki latar belakang keluarga yang kacau atau harmonis, terlahir sebagai anak orang kaya atau biasa biasa saja.

Yang harus diupayakan adalah seberapa sering kita berlatih, seberapa banyak berikhtiar, seberapa banyak mengandalkan diri sendiri dan yang harus dihindari adalah keinginan untukmengontrol hasil ataupun memaksakan kehendak pada orang lain.

Masing masing pilihan memiliki kelebihan dan kekurangan dan letak persoalannya bukan pada peran apa yang dipilih, melainkan pada seberapa cepat yang bersangkutan menemukan “timing” yang tepat saat sebuah pilihan diambil.

Ingin menemukan jati diri? KLIK > https://servo.clinic/alamat/