Tidak ada yang salah dengan bawa perasaan (baper) atau baperan, karena dengan baper kita jadi bisa menikmati hidup, mensyukuri berkat Allah SWT, menjalin hubungan emosional yang sehat dengan pasangan, menjadi sangat fokus saat mempelajari sebuah keterampilan, menjadi semakin kreatif dan lain lain.
Sayangnya dengan baper juga beresiko membuat seseorang menjadi sangat sensitif, mudah tersinggung, reaktif dan sakit hati padahal bisa jadi teman atau saudara kita sama sekali tidak bermaksud mengolok-olok, meremehkan, merendahkan, apalagi melukai perasaan kita.
Jadi yang menjadi persoalan bukan pada mana yang lebih penting antara menjadi pribadi yang baperan atau yang bersikap cuek, melainkan apakah “timing” penerapan sikap tersebut dilakukan pada waktu yang tepat atau tidak.
Lalu bagaimana jika pola respon diri sudah secara otomatis atau spontan, namun dengan karakter pola respon yang terbalik atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan?
Untuk ini diperlukan keberanian untuk menyatakan kepada diri sendiri bahwa yang bersangkutan memerlukan bantuan profesional untuk menyempurnakan pola respon diri yang benar dan produktif.
Kesadaran diri adalah “pintu” menuju perubahan kearah yang lebih baik, dengan atau tanpa bantuan profesional.
Ingin berubah dengan cara yang mudah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/