Sering muncul dibenak kecil kita, masak dari jumlah penduduk Indonesia yang sekitar 222 juta, hanya sedikit atlit kita yang dapat memenangkan olimpiade olah raga.
Jika dibandingkan dengan pencapaian jumlah medali negara lain :
- Apakah biaya pembinaan atlit kita lebih kecil ?
- Apakah kesempatan pertandingan kita lebih sedikit ?
- Apakah sistem rekrutmen atlit kita lebih buruk ?
- Apakah pelatih kita kurang ahli ?
Jika jawabannya “Tidak, bahkan lebih baik dari negara negara lain !
Maka kemungkinannya letak persoalan terletak pada “mental atlit”.
- Sudahkah KONI meneliti “level” kematangan mental atlit atlit kita ?
- Apakah level mental atlit olimpiade kita sudah lebih tinggi dari level tantangannya ? Jangan jangan walaupun pertandingannya Internasional, tetapi masih menggunakan level mental atlit lokal.
- Pernahkah diteliti antara ketinggalan angka dengan sikap mudah menyerah atlit kita ?
- Pernahkah KONI mencari tau tentang latar belakang motivasi “atlit kelas dunia”
- Atau tentang “cara-cara lingkungan atlet dunia (keluarga, guru) memberi motivasi”
- Apakah kita sudah memiliki sistem pembinaan mental atlit yang baik ?
- Apakah sudah dijajaki kemungkinan atlit memiliki “personal coach” dibidang mental ?
Bagaimana jika aspek mental juga termasuk hal yang harus dibina ? Caranya :
- Bebaskan atlit dari fobia fobia pribadi, trauma trauma psikis keluarga dan keraguan berkarir di olah raga
- “Tanamkan” mental “jawara” kedalam pribadi atlit
- Tanamkan bahwa “target” hanya sebagai “alat” pencapaian prestasi bukan “tujuan”
- Baru setelah itu dukungan sistem dalam pembinaan atlit, frekwensi pertandingan, jalur karir ke masa depan dsb.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/
Plus, suruh rajin rajin nonton pelem Hollywood yang bertemakan olah raga…inspired banget tuh…
Hehehe, salam kenal bos =)
Filemnya Hollywood, cuma atlitnya yang beda.
Sistem pembinaan olahraga kita masih dalam lingkungan keluarga Pembina itu sendiri atau orang-orang yang sering yesmen.
Kalau atlit bagus tapi banyak tututan yang meresahkan pembina, maka tidak akan terpake lagi.