Kecerdasan Individu ?

Jaman dulu (jadul) untuk mengukur kecerdasan individu, cuma dikenal kecerdasan Intelligence Quotient (IQ).

Pada pertengahan 1990 mulai dikenal istilah Emotional Intelligence Quotient (EQ) setelah Daniel Goleman menerbitkan bukunya Emotional Intelligence. Demikian pula dengan Spiritual Quotient (SQ) yang diperkenalkan oleh Danah Zohar.

Bahkan pada tahun 1983, seorang psikolog Howard Gardner, dalam bukunya “Frames of Mind” sudah membagi kecerdasan, sedikitnya menjadi 8 jenis kecerdasan antara lain :

1. Kecerdasan Bahasa atau kecerdasan linguistik
2. Kecerdasan Musikal berhubungan dengan suara, irama, musik
3. Kecerdasan Tubuh kinestetik : berhubungan dengan gerakan dan keterampilan seperti penari, atlet.
4. Kecerdasan Logis-matematis berhubungan dengan kemampuan penalaran, rumus, angka
5. Kecerdasan Sosial atau Interpersonal : luwes berkomunikasi dan bergaul
6. Kecerdasan Intrapersonal, memahami diri sendiri, kelebihan dan kekurangan diri
7. Kecerdasan Spasial kemampuan mem “baca” bentuk, ruang, peta, diagram, bagan.
8. Kecerdasan Spiritual, hubungannya dengan proses penciptaan alam semesta

Menilik dari jenisnya, maka dapat dikatakan bahwa kecerdasan tersebut sama dengan “bakat”. Pemahaman bahwa kecerdasan ataupun bakat adalah sesuatu yang diturunkan, menurut kami tidaklah tepat. Karena setiap individu memiliki kecendrungan / minat yang berbeda beda tergantung dari kecerdasan mana yang diinginkan dan kecerdasan mana yang memiliki “kesempatan untuk tumbuh” lebih baik.

Adapula yang dapat mengembangkannya secara bersama sama sekaligus. Seperti Albert Einstein, selain terkenal jenius dalam bidang sains, tetapi juga cerdas dalam bermain biola dan matematika. Demikian halnya dengan Leonardo Da Vinci yang juga memiliki kecerdasan di bidang olah tubuh, seni, arsitektur, matematika dan fisika.

Tetapi yang paling penting dari semua kecerdasan tersebut adalah “kesadaran” untuk menggunakan masing masing kecerdasan pada “saat” dan “cara” yang tepat.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

28 pemikiran pada “Kecerdasan Individu ?

  1. Saya ingin tanya..

    Apakah ada pengaruh musik terhadap intelegensia seseorang.

    Saya ingin melakukan penelitian tentang pengaruh musik terhadap kecerdasan bermain sepakbola seorang atlet sepakbola.

    Apakah musik bisa meningkatkan kecerdasan seorang pemain sepakbola dalam permainan ? Terima kasih

    • Bung Wildan yang Peneliti.

      Benar, musik dapat berpengaruh terhadap kecerdasan seseorang bahkan sejak masih dalam kandungan Ibunda, khususnya dalam hal Kecerdasan Emosi (EQ).

      Namun musik hanyalah salah satu sarana untuk meningkatkan Kecerdasan Emosi. Untuk tujuan peningkatan prestasi atlit, perlu dikembangkan tehnik pemrograman lebih khusus.

      Atlit yang memiliki Kecerdasan Emosi yang tinggi akan memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik, memegang kendali permainan, mampu bangkit saat ketinggalan angka, tidak mudah diprovokasi oleh lawan, dsb. Lihat artikel berikut : Mengapa Zidane Menanduk.

      Saat ini Amerika, Rusia, Singapura telah memasukkan Kecerdasan Emosi (EQ) sebagai bagian dari program pembinaan atlitnya. Hal ini pula yang membuat sepakbola Singapura pada Kejuaraan Sepak Bola Asean 31 Januari 2007 lalu, menang untuk yang ketiga kalinya.

  2. Terima kasih pada om Isywara..maaf panggil om aja ya…saya masih kecil..

    Saya mhsw smstr akhir fakultas ilmu keolahragaan. Saat ini saya sedang dalam masa pembuatan skripsi..setelah saya berkonsultasi dengan dosen saya…saya disuruh untuk mengganti judul skripsi saya…judul skrpsi saya sekarang “KORELASI EMOTIONAL QUOTIENT DAN INTELEGENSIA QOUTIENT PADA ATLIT SEPAKBOLA PSIS SEMARANG”.

    Saya belum mengerti benar tentang EQ dan IQ…Seberapa besar pengaruh EQ dan IQ terhadap performa seorang atlit ?

    Senang berkenalan dengan anda…

    Terima kasih

    • Mas Wildan yang sebentar lagi Sarjana.

      EQ berhubungan dengan “keyakinan” si atlit, sedang IQ berhubungan dengan “usaha”.

      Contoh :

      Seorang atlit “memilih” untuk memenangkan pertandingan dengan menggunakan kemampuann EQ-nya seperti “percaya” lawan dapat dia atasi, “mengendalikan” lawan ketimbang “dikendalikan”, “memimpin” ketimbang “dipimpin”, “mengejar” ketimbang “menghindar” dsb.

      Secara bersamaan seorang atlit berusaha mati matian untuk memenangkan pertandingan menggunakan segala kemampuan IQ-nya mulai dari rencana, strategi, latihan dan evaluasi (analisa).

  3. Saya lagi melakukan sebuah penelitian tentang Kecerdasan Kenabian (Prophetic Intelligence) sebagai pendekatan alternatif bagi pengembangn pendidikan Islam.

    Konsep kecerdasan kenabian ini dikemukakan leh Ust Hamdani Bakran Adz-Dzakiey. mungkin bapa mengetahuinya dan bagaimana menurut bapa ?

    • Saya baru kali ini mendengarkan tentang hal tersebut dan menurut saya ide yang sangat bagus.

      Sikap dan perilaku para Nabi seperti sikap ikhlas, sabar, ikhtiar, bersyukur, pengendalian diri dsb. dapat dijadikan role model bagi umat.

      Tetapi kalau bisa tidak hanya sebatas teori, jika perlu diperluas sampai ke-tehnik/metode “pemrograman sikap” sehingga dapat diterapkan di pesantren atau sekolah-sekolah Islam.

      Insya Allah bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Amin.

  4. wildan is back….
    om…saya mau tanya apakah EQ ada alat tesnya?
    soalnya saya sudah konsultasi dengan pembimbing saya, katanya EQ belum ditemukan alat tesnya..

    • Hingga saat ini para ahli masih mengalami kesulitan dalam mencari rumusan yang komprehensif tentang Kecerdasan Emosional.

      Kebanyakan kajian masih terbatas pada Kecerdasan Intelektual (kognitif). Misal Inteligent Quotient (IQ), parameter yang digunakan jelas yaitu merupakan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age).

      C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Namun bagaimana dengan kemampuan dalam mengantisipasi masa akan datang ?

      Daripada pusing, saya definisikan saja sendiri sebagai “Kecerdasan Sikap“.

      Semoga membantu.

    • Untuk dapat mencapai tujuan, manakah “jalan” yang akan mbak Wardah pilih ?

      – Jalan berliku liku ataukah jalan lurus ? (shiraathal mustaqiem)
      – Jalan mendaki dan curam ataukah jalan lurus ?

      Oleh Lao Tse di ungkapkan secara indah sbb. :

      “Jalan” itu, penggunaannya terletak pada (kondisi) hampanya, dan sekali kali bukan pada (kondisi) penuhnya. Dalam dirinyalah ia : leluhur segala benda, tumpul ketajamannya, larut segala nafsunya, redup sinarnya, rata debunya, sunyi tetapi selalu ada. Kami tak tahu seperti apakah ia, namun rupa rupanya bahkan sudah ada sebelum para dewa.

      Caranya, mulailah bersikap bijak !

  5. Apakah yang dimaksudkan dengan IQ… dan pada pendapat anda, wajarkah ujian IQ diamalkan dalam sistem pendidikan disekolah.

    • Kecerdasan intelektual menjawab pertanyaan “What I think ?” Pendekatannya lebih bersifat kognitif yaitu melalui penalaran, sistematika, analisa, logika dsb.

      Sedang Kecerdasan emosional menjawab pertanyaan “What I feel ?”. Pendekatannya lebih bersifat afektif yaitu melalu rasa, keyakinan, kreatifitas dsb.

      Persoalannya bukan mana yang lebih penting, kecerdasan intelektual ataukah kecerdasan emosional, namun apakah “timing” penggunaan kecerdasan tsb. tepat.

      Misal : kesukaan akan musik akan meningkatkan minat belajar tangga nada dan kemampuan membaca tangga nada akan meningkatkan apresiasi terhadap musik.

      Jadi ujian IQ hanyalah “tools” atau alat bantu untuk mengenal kemampuan belajar, kemampuan pemahaman, daya ingat, pemecahan masalah tetapi tidak sebagai satu satunya penentu kecerdasan seseorang.

    • Semakin tinggi IQ seseorang semakin baik daya tangkap, daya asosiasi dan daya ingatnya.

      Mekanisme berpikirnya menggunakan mekanisme penalaran seperti analisa, sistematika dan logika.

  6. Om…saya mau tanya…

    Seorang psikolog Howard Gardner, dalam bukunya “Frames of Mind” sudah membagi kecerdasan, sedikitnya menjadi 8 jenis kecerdasan antara lain :
    1. Kecerdasan Bahasa atau kecerdasan linguistik
    2. Kecerdasan Musikal berhubungan dengan suara, irama, musik
    3. Kecerdasan Tubuh kinestetik : berhubungan dengan gerakan dan keterampilan seperti penari, atlet.
    4. Kecerdasan Logis-matematis berhubungan dengan kemampuan penalaran, rumus, angka
    5. Kecerdasan Sosial atau Interpersonal : luwes berkomunikasi dan bergaul
    6. Kecerdasan Intrapersonal, memahami diri sendiri, kelebihan dan kekurangan diri
    7. Kecerdasan Spasial kemampuan mem “baca” bentuk, ruang, peta, diagram, bagan.
    8. Kecerdasan Spiritual, hubungannya dengan proses penciptaan alam semesta

    Yang ingin saya tanyakan adalah..seperti apakah kecerdasan tubuh kinestetik..mohon penjelasannya..bagaimana hubungannya dengan kemampuan teknik dasar sepakbola ?

    • Kecerdasan tubuh-kinestetik adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan tubuhnya secara terampil, baik untuk tujuan ekspresi diri maupun untuk mencapai satu tujuan. Biasanya bersifat individual.

      Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan tubuh kinestetik jika ybs. mampu dengan baik mengontrol gerakan, kadar kontraksi otot, kecepatan, tenaga yang diperlukan sedemikian rupa sehingga pencapaian hasil sesuai dengan yang diinginkan.

      Contoh : Pada atlit bola seperti kemampuan individu untuk menerima bola sulit, mengoper bola secara tepat, menembakkan bola ke gawang secara akurat dsb.

      Namun karena bermain sepakbola merupakan kerjasama tim maka diperlukan pula kecerdasan lainnya seperti kecerdasan sosial / interpersonal dsb.

      Sedang kemampuan tehnik dasar merupakan “minimum persyaratan” yang harus dikuasai oleh seorang pemain bola profesional.

  7. Yang mau saya tanyakan adalah : terkadang qita memiliki 2 atau lebih kecerdasan.

    Bagaimana cara menentukan kecerdasan mana yang paling menonjol ?.

    • Saya belum pernah menemukan alat ukur yang dapat digunakan untuk menentukan kecerdasan mana yang paling menonjol karena hal tsb. sangat subjektif.

      Namun dengan membandingkan “secara relatif” minat ybs., dapat diketahui kecerdasan mana yang menonjol.

      Cirinya :

      1 Semakin terbebas seseorang dari batasan dimensi waktu, biaya, tenaga dalam menekuni satu bidang tertentu, semakin menonjol kercerdasannya.

      2. Seseorang yang “cocok” dibidang tertentu biasanya dapat dengan mudah menjadi yang “terbaik”. Jika belum menjadi yang terbaik, berarti ybs. belum betul betul “pas” dibidang tsb.

      Adanya “hambatan eksternal” seperti tuntutan orang tua, keluarga, pengaruh teman dan kurikulum sekolah berpotensi menimbulkan “bias” pada diri seseorang dalam mencapai performa terbaiknya.

  8. Adakah hubungannya antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan memimpin seseorang ?

    Tolong dijawab ya….

    • Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang memahami dirinya sendiri atau biasa disebut kesadaran diri. Hal ini juga lazim disebut sebagai kecerdasan emosional, karena berhubungan dengan cara diri kita mengelola emosi.

      Seseorang yang memiliki kecerdasan intrapersonal biasanya tau kapan harus menggunakan perasaannya dan kapan harus menggunakan penalarannya (timing) sehingga apabila menghadapi situasi sulit dapat dengan mudah untuk mengendalikan dirinya.

      Apabila Anda sabar dalam mencapai sesuatu yang Anda inginkan, mengambil hikmah dan mengubah cara dan bersedia mengulanginya sampai menemukan cara yang tepat maka anda termasuk orang yang cerdas secara intrapersonal.

      Kecerdasan intrapersonal adalah salah satu kecerdasan yang diperlukan dalam kepemimpinan.

  9. Saya akan menyusun penelitian mengenai pengaruh pelatihan prophetic intelligence terhadap peningkatan kesadaran diri mahasiswa.

    Dalam konsep prophetic intelligence yang saya teliti menggunakan empat aspek yaitu adversity, emotional, intellectual dan spiritual intelligence.

    Akan tetapi saya kesulitan untuk mengkaitkan antara keempat aspek tersebut terhadap peningkatan kesadaran diri.

    Saya mohon anda bisa membantu saya mengenai bagaimana proses yang terjadi apabila seseorang telah menjalani pelatihan keempat aspek tersebut dan kemudian kesadaran dirinya dapat meningkat.

    • Bung Fauzan Yang Baik

      Walaupun saya tidak mendalami secara khusus tentang apa itu Prophetic Intelligence tetapi saya memiliki pemahaman pribadi tentang apa itu Kecerdasan Kenabian yang barangkali ada manfaatnya.

      Apabila kita diberi sebuah pertanyaan tentang mana yang paling penting dari keempat aspek yang Anda sebutkan (adversity, emotional, intellectual dan spiritual intelligence), maka kita sering terjebak untuk memilih salah satu sesuai dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, sugesti (mitos ?) yang pernah kita kenal.

      Hal itu pulalah yang dikemudian hari membuat seseorang memiliki keyakinan yang berbeda antara satu dengan lainnya (misal antara faham Jabariah yang fatalistik dan faham Qadariah yang terlalu mengagungkan pada kemampuan manusia).

      Keunggulan para Nabi adalah terletak pada “timing” yaitu TAU kapan kita harus mengedepankan akal, TAU kapan kita harus mengutamakan emosional, TAU kapan kita harus berserah diri pada Allah Swt.

      Memang betul Allah Swt. menciptakan segalanya mulai dari benda, proses, resiko, diri kita, orang lain, musibah dsb., namun khusus pada manusia, kita diberi “zona kendali” yang sepenuhnya wewenang kita dan untuk itulah Allah membekali kita dengan akal.

      Dengan akal kita bisa membuat pilihan pilihan, belajar, bertanya, menganalisa, menambah keahlian, memperluas pengaruh dsb. Justru bila akal tidak kita gunakan berarti kita termasuk mahluk Allah yang tidak bersyukur.

      Namun secara bersamaan pula ada zona yang tidak dapat kita kendalikan seperti pikiran orang lain (siapapun dia), musibah, keberuntungan dsb. Untuk itulah, agar kita tetap merasa “terpelihara”, merasa “beruntung” tidak ada cara lain kecuali menyerahkannya kepada Allah Swt.

      Oleh sebab itu, tugas manusia adalah memperluas zona kendalinya. Semakin luas zona yang dapat dikendalikan maka hal hal yang oleh orang lain dianggap diluar zona kendali, oleh manusia yang semakin kompeten dapat dikendalikannya. Misal musim kemarau yang orang lain hanya bisa berpasrah akan berbeda dengan orang yang menguasai teknologi hujan buatan, dsb. Barangkali inilah yang dimaksud dengan menjadi “khalifah” di muka bumi dan itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang memiliki zona kendali yang luas (baca : kompeten, jago, unggul, ahli).

      Itu sebabnya Nabi Muhammad Saw. pernah menegur sahabat yang rajin ibadah namun mengabaikan tanggung jawab keluarganya. Atau nabi pernah mengatakan bahwa untuk semua urusan, serahkan pada ahlinya (maksudnya ahli beneran…. bukan cuma untuk keperluan kampanye ?).

      Demikian pula dengan kecerdasan Nabi Sulaiman sewaktu menjadi penengah sengketa antara pemilik kebun yang hasil pertaniannya rusak gara gara dimasuki kambing pemilik ternak dimana solusinya jauh lebih cerdas dibanding solusi Nabi Daud yang juga ayahnya.

      Jadi letak persoalannya bukan mana yang lebih baik apakah adversity, emotional, intellectual atau spiritual intelligence melainkan “timing” kapan menggunakannya.

  10. Tentang EQ, melanjutkan pertanyaan saya, apakah pengukuran EQ belum bisa dilakukan secara objektif ? Karena setahu saya, alat ukur EQ itu sudah cukup banyak, semisal MSCEIT nya Mayer and Salovey atau Bar-On (saya lupa) dan juga banyak yang lainnya (seperti yang disediakan oleh situs talentsmart.com).

    Mohon penjelasannya.

    • Memang betul saat ini sudah banyak yang meng klaim telah memiliki alat pengukur EQ, akan tetapi bila pengukuran masih dilakukan dalam kondisi sadar misal menggunakan angket / kuisioner maka validitasnya masih diragukan.

      Memperhatikan definisi Kecerdasan Emosional menurut Peter Salovey, John Mayer, Goleman, Bar-On (1992), Gardner maka syarat pengukuran harus dalam keadaan “spontan” atau “kondisi bawah sadar” sehingga pengukuran sikap (baca : cara bereaksi) dapat diharapkan benar benar objektif.

      Silahkan baca tentang : Kecerdasan Sikap.

  11. Salam kenal… saya mahasiswi Bimbingan Konseling (BK) UPI yang sedang nyusun skripsi,,, mau tanya;
    1. Apakah perbedaan mendasar antara kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan emosional?
    2. Saat ini teori Howard Gardner didebat karena teori dasarnya yang belum kuat, apakah jawaban yang valid tentang hal itu? karena saya akan melakukan penelitian tentang peningkatan kecerdasan intrapersonal pada mahasiswa
    3. Nyambung nggak ya antara kasus bunuh diri mahasiswa dengan minimnya kecerdasan intrapersonal?

    Terima Kasih

    • Di dalam pemahaman saya, kecerdasan emosional mengandung dua aspek utama yaitu kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal.

      Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk mengenal emosi dirinya, mengetahui keinginan maupun yang tidak diinginkan dan mampu mengendalikannya. Biasanya disebut sebagai kemampuan mengenal dirinya sendiri atau “kesadaran” diri.

      Sedang kecerdasan interpersonal berhubungan dengan kemampuan seseorang dalam memahami dan menghargai perasaan orang lain sehingga mampu menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

      Untuk mengatakan sebuah teori memiliki dasar yang kuat atau tidak, harus dimulai dari “kesepakatan” atas kriteria yang dipakai. Sama-halnya dengan teori Freud yang sering dikatakan sebagai teori yang lemah, ternyata hingga kini masih terus digunakan sebagai rujukan.

      Barangkali jika hal tersebut dikonfirmasikan kepada ybs., mereka tidak akan terlalu peduli karena pendekatan yang mereka gunakan adalah pendekatan “keyakinan” sementara yang lainnya menggunakan pendekatan “ilmiah” dan bisa jadi ada yang menggunakan pendekatan “ngilmiah” seperti pada pseudoscience.

      Menurut saya ada hubungannya antara kasus bunuh diri mahasiswa dengan minimnya kecerdasan intrapersonal, apalagi jika mempelajari fenomena pendidikan dalam keluarga ataupun sekolah di Indonesia yang sering terjebak pada nilai akademis sebagai “tujuan”, padahal hal tersebut hanyalah “alat” untuk siswa mengenal kemampuan dirinya alias jati-dirinya.

      Bisa jadi siswa siswa tersebut, terus mengulang “pesan” yang salah pada generasi selanjutnya saat mereka kelak menjadi guru, dosen ataupun orang tua.

  12. Terima kasih… saya merasa terbantu,,, boleh bertanya lagi ?

    Saya masih bingung karena ada pernyataan kontradiktif bahwa “emosi adalah bagian dari diri”. Berarti kecerdasan emosi merupakan bagian dari kecerdasan intrapersonal. Kalau begitu akan tumpang tindih ya,,,

    Kemudian, kalau kita mengaitkan dengan klasifikasi Bloom (yaitu kognitif, afektif dan psikomotor), berarti kita akan dibenturkan kepada pemahaman tentang pemisahan antara ranah-ranah itu. Kadang saya juga masih bingung; diantaranya masih memisahkan antara emosi dan pikiran. Karena kecerdasan berkaitan dengan intelektual atau pikiran, sedangkan emosi berkaitan dengan masalah pribadi-sosial.

    Kira-kira menurut Anda bagaimana ?

    • Agar tidak bingung, saran saya sebaiknya Anda memperbanyak studi pustaka.

      Masing masing teori memiliki pendekatan yang berbeda beda namun saling melengkapi. Itu sebabnya untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif atas suatu subjek diperlukan beberapa definisi.

      Saya pribadi berpendapat, sikap seseorang merupakan perpaduan antara “emosi” dan “nalar” yang komposisi rasionya sangat tergantung oleh durasi waktu yang tersedia, saat seseorang harus melakukan tindakan. Lihat artikel berikut >> Kecerdasan Sikap.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s