Apabila ditanyakan kepada pelaku selingkuh : Apakah selingkuh itu buruk ? Maka hampir dipastikan semua pelaku selingkuh akan menjawab buruk.

Akan tetapi jika dilanjutkan dengan pertanyaan : Jika selingkuh itu buruk, bersediakah Anda meninggalkan kebiasaan buruk tersebut ?

Jawabannya belum tentu bersedia ! Adapun alasannya sangat beragam. Ada yang beralasan sekedar iseng, hanya sebagai selingan dan penambah motivasi bekerja. Ada yang beralasan toh saya tetap bertanggung jawab terhadap pasangan sah saya. Ada yang berlindung dibalik kasihan dsb.

Tetapi dapat pula perbuatan selingkuh tersebut dilatar belakangi oleh problem keluarga yang sudah tidak harmonis. Sebagai protes karena merasa diabaikan pasangan atau sebagai sarana balas dendam dan ingin menunjukkan kepada pasangan bahwa Andapun dapat melakukan penghianatan yang sama.

Apapun alasan yang melatar belakangi selingkuh, tidak dapat dijadikan pembenaran bahwa selingkuh itu baik.

Namun demikian mengapa selingkuh tetap dilakukan ?

Selingkuh tetap dilakukan karena pelaku selingkuh mengijinkan perasaan dirinya dilambungkan oleh pasangan selingkuhnya. Belum lagi suasana intim yang sengaja dibangun, ataupun perhatian ekstra yang didapatkan justru dari pasangan selingkuhnya. Hal tersebutlah yang menimbulkan rasa super nyaman dan memberi efek ketagihan.

Sepintas, selingkuh hanya sebagai sarana hiburan, namun kenyataannya Anda telah menjadikan selingkuh sebagai sarana lari dari masalah (kompensasi). Seharusnya problem keluarga Anda bicarakan atau pecahkan dengan pasangan Anda. Ketidak mampuan Anda untuk membicarakan perasaan Anda, kekecewaan Anda terhadap pasangan, seolah dapat Anda selesaikan melalui selingkuh. Sesungguhnya Anda tidak sedang menyelesaikan masalah, melainkan sedang menciptakan masalah baru Anda.

Kalau sudah terjebak dalam kenikmatan selingkuh maka tidak ada psikolog terhandal ataupun ustad terbaik yang dapat menyadarkan, kecuali diri Anda.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/