Data statistik yang dikeluarkan oleh Forbes.com menunjukkan 87% orang Amerika mengalami stress dalam bekerja.
Diperkirakan terjadi pemborosan sumber daya antara 150 sampai 200 milyar dollar setahun akibat stress dalam pekerjaan seperti gangguan tidur, mudah marah, sakit perut, sakit kepala, kecemasan dsb.
Dapat dibayangkan betapa besar potensi “kebahagiaan” yang notabene urusan pribadi karyawan ybs. terhadap output pekerjaan.
Sekalipun berdampak langsung terhadap kualitas dan kuantitas pekerjaan namun perusahaan tidak dapat melakukan apa apa karena hal tersebut merupakan “wilayah” pribadi ybs.
Tindakan kuratif berupa fasilitas konselling ataupun terapi, biasanya tidak dimanfaatkan oleh ybs. sekalipun atas biaya perusahaan. Mengapa demikian ? Karena untuk sampai pada sebuah keputusan menerima fasilitas tsb., yang bersangkutan harus bersedia mengalahkan ego pribadi terlebih dahulu. Dalam persepsi ybs., menerima tawaran tsb. berarti menunjukkan kekalahan atau kelemahan dirinya.
Sedang tindakan hukuman berupa sanksi tidak banyak membantu perusahaan karena jika output dibawah standard hanya akan merubah perilaku sedikit diatas batas aman, tetapi tidak akan membuat ybs. mengerahkan seluruh kemampuannya. Lagipula tindakan hukuman tidak tepat karena tidak menyentuh akar permasalahan mengapa seorang karyawan stress. Bisa jadi karyawan ybs. tidak menyadari dirinya sedang stress atau kalaupun sadar ybs. tidak tau bagaimana “cara” mengatasinya.
Namun tidak berarti hal tersebut tidak dapat disiasati.
Dukungan ataupun pembekalan pengetahuan mengenai konsep diri, manajemen diri, manajemen sikap, manajemen stress, kecerdasan emosi kepada karyawan justru sebaiknya diberikan sejak awal bekerja dan tidak sewaktu persoalan pribadi muncul. Awal rekrutmen ataupun promosi jabatan merupakan waktu emas untuk membekali karyawan dengan pengetahuan mengenai kecerdasan sikap / emosi dan dapat pula di sela sela rapat anggaran ataupun acara family gathering.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/
adakah terdapat burnout di kalangan atlit negara kita?
Pada umumnya burnout atau kelelahan fisik atau mental lebih banyak dialami oleh pekerja pekerja seperti perawat, polisi, public service ataupun social service. Hal tersebut diakibatkan oleh tekanan emosi yang konstan akibat keterlibatan orang banyak dalam jangka waktu yang lama.
Menurut saya pribadi burnout dapat saja terjadi dikalangan atlit misal frustasi karena tidak mampu merebut kendali pertandingan dalam sebuah rally panjang dan ekstrim ataupun akibat teror penonton.
Karena waktu respon terhadap stimuli pada sebuah pertandingan sangat pendek (spontan) maka keterampilan atlit mengelola stress menjadi sangat penting.