“Sabar” adalah kesediaan diri untuk terus menerus berusaha menemukan cara (berihtiar) sampai sesuatu persoalan dapat diatasi. (Isywara Mahendratto).
Yang dimaksudkan “persoalan” dalam definisi di atas adalah semua keadaan, situasi atau peristiwa yang masih berpeluang untuk kita perbaiki atau sempurnakan, baik hal tersebut kita “inginkan” seperti : ingin naik pangkat, ingin punya mobil, ingin punya pacar atau yang kita “hindari” misal : pekerjaan yang tidak sesuai minat, masih men-jomblo dsb.
Persoalannya adalah untuk seseorang dapat sampai “menemukan” cara yang tepat dalam mengatasi persoalan, ybs. harus melalui sebuah proses yang “memakan” waktu yang biasa disebut sebagai proses pembelajaran. Selama menunggu inilah “emosi” seseorang berpotensi menjadi sangat terkuras.
Persoalan lain pembelajaran hanya dapat terjadi jika kita “mengijinkan” diri kita untuk terus berubah sampai kita menemukan cara yang sesuai. Ketakutan kita untuk mencoba “cara” baru berpeluang mengantarkan kita kepada hasil yang sama buruknya dengan cara sebelumnya. Disisi lain untuk berani mencoba “cara” baru bermakna pula kita harus bersedia “keluar” dari zona nyaman kita.
Itu sebabnya Sabar memiliki dimensi yang dinamis bukan statis, aktif bukan pasif, optimis bukan pesimis, proses bukan final, kreatif bukan “mandek”.
Berita baiknya adalah melalui sabar inilah seseorang berpeluang tumbuh lebih sempurna dan diberkahi sebagaimana janji Allah Swt. sebagai berikut :
Al Baqarah (2) ayat 155 :”Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang orang yang sabar.
Al Baqarah (2) ayat 157 :”Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang orang yang mendapat petunjuk.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/