Gangguan Penggunaan Substansi Sedatif, Hipnotik atau Anxiolytic ?

Gangguan Penggunaan Substansi Sedatif, Hipnotik atau Anxiolytic adalah masalah kognitif, perilaku dan sosial yang berhubungan dengan penggunaan dan penyalah gunaan substansi sedatif, hipnotik atau anxiolytic.

Kelompok depresan secara umum juga mencakup obat obat penenang (sedatif), obat tidur (hypnotic) dan mengurangi kecemasan (anxiolytic) (Mack dan kawan kawan, 2003). Obat obatan ini mencakup barbiturat dan benzodiazepin.

Ciri ciri Gangguan Intoksikasi Sedatif, Hipnotik atau Anxiolytic menurut DSM-IV-TR meliputi :

  • Perilaku tidak semestinya atau perubahan psikologis yang signifikan selama atau setelah menggunakan substansi tersebut.
  • Terdapat satu atau lebih dan tanda tanda slurred speech (gaya bicaranya seperti tertelan), inkoordinasi, cara berjalan yang sempoyongan, nystagmus (gerakan bola mata yang tak terkendali), hambatan ingatan atau perhatian, stupor atau koma.

Barbiturate (termasuk Amytal, Seconal dan Nembutal) adalah keluarga obat sedatif yang disintesiskan untuk pertama kalinya di Jerman pada 1882 (McKim, 1991). Obat obatan itu diresepkan untuk membantu orang orang agar dapat tidur dan untuk menggantikan obat obatan seperti alkohol dan opium. Pada tahun 1950an barbiturat termasuk obat yang paling banyak disalahgunakan oleh orang orang dewasa di Amerika Serikat (Franklin dan Frances, 1999).

Benzodiazepin (misal Valium, Zanaz, Rohypnol dan Halcion) telah digunakan sejak tahun 1960an terutama untuk mengurangi kecemasan. Obat obatan ini pada mulanya digembar gemborkan sebagai sebuah cara pengobatan ajaib untuk mengatasi kecemasan hidup ditengah masyarakat berteknologi tinggi yang penuh tekanan. Meskipun pada 1980 Food and Drug Administration mengundangkan bahwa benzodiazepin bukanlah obat yang semestinya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan akibat stres dan ketegangan hidup sehari hari, tetapi diperkirakan 3,7 miliar dosis benzodiazepin dikonsumsi oleh orang Amerika setiap tahunnya (Shabecoff, 1987).

Secara umum benzodiazepin dianggap jauh lebih aman dibanding barbiturat, dengan resiko penyalahgunaan dan ketergantungan yang lebih rendah (Warneke, 1991). Tetapi penyalah gunaan Rohypnol menunjukkan betapa berbahayanya obat itu.

Para pengguna untuk alasan alasan non medis melaporkan bahwa yang pertama tama dirasakannya adalah perasaan melayang yang menyenangkan dan berkurangnya hambatan, mirip dengan efek minum alkohol. Tetapi dengan pemakaian yang terus menerus, toleransi dan ketergantungan dapat berkembang. Para pemakai yang mencoba menghentikan pemakaian obat mengalami gejala gejala seperti gejala gejala withdrawal (sakau).

Kriteria DSM-IV-TR untuk gangguan penggunaan obat sedatif, hipnotik dan anxiolytic tidak memberikan perbedaan yang substansial dengan kriteria untuk gangguan alkohol. Keduanya melibatkan perubahan perilaku yang tidak semestinya seperti perilaku seksual yang tidak semestinya, perilaku agresif, suasana perasaan yang berubah ubah, penilaian yang terhambat, fungsi sosial atau pekerjaan yang terhambat, slurred speech (gaya bicaranya seperti tertelan), masalah koordinasi motorik, cara berjalan yang sempoyongan.

Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.

Ingin bebas kecanduan? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Catatan : Ruang lingkup pelayanan S.E.R.V.O® hanya pada tahap Pasca Detoksifikasi. Tujuan terapi adalah menghilangkan efek “sugesti” sehingga mencegah resiko kambuh kembali (relapse).

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s