Saya telah mengenai Claire selama lebih dari 30 tahun. Saya pernah menyaksikannya melewati saat saat baik, meskipun kebanyakan ia harus melewati saat saat buruk dalam kehidupannya yang goyah dan eratik sebagai seorang penderita gangguan kepribadian ambang.

Claire dan saya pernah belajar di sekolah yang sama, mulai dari kelas delapan sampai SMA dan kami masih saling melakukan kontak secara periodik. Ingatan paling awal saya tentang Claire adalah rambutnya yang dipotong pendek dan tidak rata. Ia mengatakan bahwa bila segala sesuatunya tidak berjalan dengan baik, ia memangkas rambutnya sendiri sebanyak banyaknya. Hal ini membantunya untuk mengisi kekosongan.

Saya kemudian menemukan bahwa baju lengan panjang yang biasa dikenakannya ternyata digunakan untuk menyembunyikan banyak parut dan sayatan yang dibuatnya sendiri.

Claire adalah salah satu diantara teman teman saya yang lebih dahulu merokok dibanding yang lain. Yang tidak biasa dalam kebiasaannya itu dan dalam penggunaan obat yang menyusul kemudian adalah bukan karena kebiasaan itu muncul terlalu dini (saat itu tahun 1960-an, ketika if it feels good, do it belum digantikan oleh Just say no), tetapi karena ia tidak tampak menggunakannya untuk menarik perhatian seperti yang dilakukan orang lain.

Claire juga mendahului anak anak lain dalam hal perceraian orang tua dan kedua orang tuanya tampaknya mengabaikannya secara emosional. Ia kemudian mengatakan kepada saya bahwa ayahnya seorang alkoholik yang sering memukuli dirinya dan ibunya.

Prestasinya di sekolah buruk dan ia memiliki pendapat yang buruk tentang dirinya sendiri. Ia sering mengatakan bahwa dirinya bodoh dan jelek, meskipun jelas bahwa semua itu tidak benar.

Selama tahun tahun belajarnya di sekolah, Claire meninggalkan kota secara periodik tanpa penjelasan apapun. Bertahun tahun kemudian saya baru tahu bahwa ia pergi ke berbagai fasilitas psikiatrik untuk mendapatkan bantuan bagi depresinya yang mengarah ke bunuh diri. Ia memang sering mengancam untuk membunuh dirinya sendiri, meskipun kami tidak pernah mengannggap ucapannya itu serius.

Teman temannya semakin jauh dari Claire. Ia menjadi semakin tidak dapat diprediksi. Kadang kadang ia seperti tidak mau berdekatan dengan kami (Kalian berjalan terlalu cepat. Kalian tidak mau terlihat berjalan bersamaku, kan ?).

Pada saat yang lain ia tampak sangat ingin berada di dekat kami. Kami sangat bingung melihat perilakunya. Dengan orang orang tertentu, ledakan emosi kadang kadang justru dapat mempererat hubungan kita.

Malangnya, bagi Claire, insiden semacam ini dan kelakuannya secara umum membuat kami merasa bahwa kami sama sekali tidak mengenalnya. Ketika kami semakin beranjak dewasa, kekosongan yang pernah digambarkan dalam dirinya semakin menguasai dirinya dan membuat kami semua menyingkir darinya.

Claire dua kali menikah dan kedua hubungan itu tampak sangat mesra tetapi sekaligus penuh badai dan disela oleh beberapa kejadian yang membuat ia atau suaminya harus dirawat di rumah sakit. Ia berusaha menusuk suami pertamanya ketika ia sedang mengamuk hebat. Ia mencoba berbagai macam obat, tetapi sebagian besar minum alkohol untuk meredakan kepedihannya.

Sekarang, diusianya yang mencapai pertengan 40-an, situasinya menjadi lebih tenang, meskipun ia jarang merasa bahagia. Sekarang Claire memang merasa sedikit lebih baik mengenai dirinya sendiri dan bekerja dengan baik sebagai staf di sebuah agen perjalanan.

Meskipun ia saat ini memilikii pacar, ia enggan untuk terlibat terlalu dalam, mengingat riwayat yang pernah dialaminya. Claire di diagnosis dengan depresi dan gangguan kepribadian ambang.

Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/