Ketika bertemu Pat untuk pertama kalinya, gadis itu tampak memancarkan kebahagiaan dalam hidup. Saat itu gadis yang masih melajang pada usia pertengahan 30-an itu tengah menempuh kuliah malam untuk meraih gelar master.
Cara berpakaiannya sering tampak flamboyan. Disiang hari ia mengajar untuk anak anak cacat (disabilitas) dan ketika tidak harus kuliah ia sering pergi berkencan sampai larut malam.
Ketika saya berbicara untuk pertama kalinya dengan Pat dengan antusias ia mengatakan bahwa ia sangat terkesan dengan hasil pekerjaan saya di bidang developmental dissabilities dan bahwa ia meraih banyak sukses dalam menggunakan beberapa tehnik saya dalam mengajari murid muridnya.
Ia jelas terlalu memuji. Tetapi siapa yang tidak senang menerima komentar bernada menyanjung seperti itu ?
Karena beberapa penelitian kami melibatkan anak anak di kelasnya, saya sering bertemu dengan Pat. Tetapi, selama kurun waktu berminggu minggu interaksi diantara kami menegang. Ia sering mengeluhkan berbagai macam kesakitan dan sering mengalami kecelakaan (jatuh di tempat parkir, lehernya terkilir saat menengok ke luar melalui jendela dan lain lain) yang mengganggu pekerjaannya.
Ia sangat tidak terorganisasi dan sering mengabaikan tugas tugas yang membutuhkan banyak perencanaan. Pat membuat janji yang sulit ditepati kepada banyak orang yang tampaknya dimaksudkan agar ia bisa mendapatkan persetujuan dari mereka.
Ketika kemudian ingkar janji, ia biasanya lalu mengarang cerita yang sengaja dirancang untuk meraih simpati dan iba. Sebagai contoh, ia berjanji kepada ibu dari salah seorang muridnya bahwa ia akan menyelenggarakan pesta masif dan unik bagi putrinya, tetapi sama sekali melupakan janjinya itu sampai si ibu muncul dengan membawa kue ulang tahun dan jus.
Ketika melihatnya, Pat menunjukkan sikap marah dan menyalahkan kepala sekolah karena membuatnya pulang terlambat setelah jam sekolah, meskipun tuduhan itu sama sekali tidak benar.
Pat sering menginterupsi pertemuan hanya untuk membicarakan tentang pacar terbarunya. Ia berganti pacar nyaris setiap minggu, tetapi antusiasmenya (Tidak seperti laki laki lain yang pernah saya temui sebelumnya!) dan optimismenya tentang masa depan (Dialah laki laki yang ingin saya jadikan pendamping seumur hidup!) tetap tinggi untuk setiap pacar baru yang diceritakannya.
Rencana pernikahan didiskusikan serius dengan hampir semua orang, termasuk orang orang yang baru saja dikenalnya. Pat suka menjilat, terutama kepada para guru laki laki yang sering membantunya mengatasi masalah akibat tindakannya yang tidak terorganisasi.
Ketika kemudian menjadi jelas bahwa ia mungkin akan kehilangan pekerjaan mengajarnya karena kinerjanya yang buruk, Pat berhasil memanipulasi beberapa guru laki laki dan asisten kepala sekolah hingga mau merekomendasikannya untuk mendapatkan pekerjaan baru di distrik sekolah yang berdekatan dengan sekolah lamanya.
Setahun kemudian ia masih mengajar di sekolah yang baru itu tetapi sudah dua kali pindah kelas. Menurut sesama pengajar disana, Pat masih kurang memiliki hubungan interpersonal yang dekat, meskipun ia selalu menggambarkan hubungannya saat itu sebagai hubungan yang membuat ia merasa sangat terlibat.
Setelah mengalami periode depresi yang cukup lama. Pat mencari bantuan dari seorang psikolog yang mendiagnosisnya memiliki gangguan kepribadian histrionik.
Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/