Pembelajaran ?

Karena flow muncul di zona dimana suatu kegiatan menantang orang hingga ke batas tertinggi kemampuannya, maka ketika keterampilan mereka meningkat dibutuhkan tantangan yang lebih berat untuk sampai ke keadaan flow.

Apabila suatu tugas terlampau sederhana, akan membosankan; apabila terlalu berat, hasilnya adalah rasa cemas, bukannya flow. Bisa dikatakan bahwa penguasaan keahlian atau keterampilan dipacu terus oleh pengalaman flow-motivasi untuk menjadi lebih baik dan lebih baik akan sesuatu hal-entah itu bermain biola, menari atau menyambung gen, setidak tidaknya sebagian didorong oleh perasaan flow ketika melakukannya.

Dalam suatu studi terhadap 200 seniman setelah 18 tahun mereka lulus dari sekolah seni, Csikzentmihalyi menemukan bahwa yang menjadi pelukis pelukis serius adalah mereka yang semasa mahasiswa menikmati kebahagiaan melukis itu sendiri. Mereka yang termotivasi memasuki sekolah seni karena mengejar mimpi ketenaran dan kekayaan, sebagian besar telah jauh melenceng dari seni setelah lulus.

Csikzentmihalyi menyimpulkan; “Pelukis harus menyukai pekerjaan melukis itu sendiri di atas segala galanya. Seandainya seniman di depan kanvas itu mulai bertanya tanya berapa harga lukisannya bila terjual, atau apa komentar kritikus tentang lukisan itu, ia tidak akan mampu mengejar tujuan sebenarnya.

Prestasi kreatif bergantung pada totalitas hati dan pikiran (The New York Times, 22 Maret 1992).

Sumber : Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s