Menurut sejarahnya, ilmu kedokteran dalam masyarakat modern mendefinisikan misinya dengan tujuan menyembuhkan penyakit-gangguan medis-dan mengabaikan keadaan sakit-apa apa yang dialami si pasien karena penyakitnya.
Pasien, karena menganut pandangan ini, larut dalam konspirasi ini sehingga mengabaikan reaksi emosionalnya atas masalah medisnya-atau menganggap bahwa reaksi itu sebagai hal yang tidak relevan untuk mengatasi penyakit itu sendiri.
Sikap tersebut diperkuat oleh model medis yang betul betul menyingkirkan gagasan bahwa pikiran dapat mempengaruhi tubuh dengan caranya sendiri.
Namun, ada pula ideologi yang sama tidak produktifnya pada sisi yang berlawanan; yaitu anggapan bahwa orang dapat menyembuhkan dirinya sendiri bahkan dari penyakit yang paling berbahaya dengan sekedar membuat dirinya bahagia atau memikirkan hal hal positif, atau bahwa entah bagaimana mereka harusnya disalahkan karena mengidap penyakit.
Retorika “sikap akan menyembuhkan segala galanya” akan menciptakan kebingungan serta kesalah pahaman tentang sejauh mana penyakit dapat dipengaruhi oleh pikiran dan barangkali yang lebih buruk, kadang kadang membuat orang merasa bersalah karena jatuh sakit, seolah olah hal itu merupakan tanda jatuhnya akhlak atau ketidak berhargaan secara spiritual.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/