Oleh : Chyquitha Danuputri
Kisah Nyata :
Pertumbuhan seorang anak sangat dipengaruhi oleh faktor pola pendidikan yg diterapkan oleh kedua orangtuanya. Kadang orang tua tanpa sadar terlalu memanjakan anak dengan alasan Saya sangat menyayangi anak saya, saya akan lakukan apapun demi kesenangannya.
Prinsip dan sikap tsb tidak salah jika disertai pengarahan terhadap si anak tentang yang mana benar dan salah, yang boleh dilakukan dan tidak. Hal itu seharusnya diterapkan ke anak dari masa kanak-kanaknya, jangan sampai hanya dengan tujuan menyenangkan anak, si orangtua melakukan apapun meskipun banyak konflik di berbagai aspek terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan si anak tsb, namun anak tidak pernah mengetahui/mengerti akan perjuangan orangtuanya itu sehingga anak menganggap setiap permintaannya akan terpenuhi secara instant oleh orangtuanya.
Harus di ingat, seorang anak akan menjadi manja jika ia kurang mendapatkan perhatian dan mendapatkan cinta yang diberikan tidak pada tempatnya.
Bila anak sudah manja, rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dan terhadap semua orang yang disekitarnya kurang. Tidak hanya itu saja, jika suatu saat orang tua sedang dalam kondisi tidak dapat atau terpaksa menunda dalam pemenuhan tuntutan anak tsb, maka anak akan timbul rasa amarah, rasa tidak disayang lagi, mungkin rasa dendam, bahkan bila anak ini tidak memiliki pondasi agama, tidak menutup kemungkinan dia akan durhaka kepada orangtuanya.
Kisah nyata yang baru saja terjadi;
Sepasang suami istri yang menikah di usia dini (istri 16 th, suami 18 th), dan langsung memiliki anak perempuan, di usia tersebut mereka sebenarnya belum siap untuk mendidik anak karena di usia itupun mereka juga dalam masa pencarian jati diri mereka masing-masing. Mereka tanpa sadar terlalu memanjakan anak dari masa kanak-kanaknya, segala sesuatu yang di minta anak dipenuhi wajar atau tidak wajarnya permintaan tersebut.
Bertambahnya umur anak, melewati usia remaja, bertambah dewasanya anak, tentu saja bertambah pula kebutuhannya, dan si orangtua semakin terbatas dalam memenuhi tuntutan anaknya (ekonomi, tenaga, waktu, dsb). Namun karena anak tidak pernah di beri pengertian tentang kehidupan, maka si anak yang sudah terbiasa di manja merasa marah, dendam dan depresi.
Puncaknya adalah saat si anak sudah menikah dan dapat mencari nafkah sendiri, walaupun mereka masih tinggal di rumah orangtuanya, dia menganggap rumah itu adalah haknya (berhubung suaminya tidak dapat memenuhi tuntutannya yang begitu banyak). Ternyata beberapa bulan setelah si anak menikah, ayahnya kehilangan pekerjaan, maka dia tidak berpikir dua kali lagi langsung mengusir kedua orangtuanya dan adiknya (yang jarak usia dengan dia 14 thn) dari rumah itu.
KEJAM, JAHAT, TEGA, memang benar anak itu menjadi DURHAKA kepada orangtuanya. Tetapi sekali lagi secara tidak langsung orangtuanya sebenarnya ikut andil dalam hal ini.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/