Sebuah contoh bagus yang pantas diutarakan adalah perundungan seksual pada anak.

Sejak tahun 1993, kurang lebih dua ratus ribu kasus yang didukung bukti kuat telah dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat dan jumlah itu bertambah kurang lebih 10 persen setiap tahunnya.

Sementara dugaan itu sangat bervariasi, kebanyakan pakar sepakat bahwa antara 20 hingga 30 persen anak perempuan dan kurang lebih separuhnya untuk anak laki laki, telah menjadi korban salah satu bentuk perundungan seksual pada usia 17 tahun (angka itu naik atau turun bergantung pada bagaimana perundungan itu dirumuskan, diantara faktor lainnya). (Malcolm Brown).

Tidak ada satupun gambaran tentang anak yang sangat rawan terhadap perundungan seksual, tetapi kebanyakan merasa tidak terlindungi, tak mampu bertahan sendiri, dan terkucilkan oleh apa yang telah menimpa mereka.

Mengingat resiko ini, banyak sekolah mulai menawarkan program untuk mencegah perundungan seksual. Kebanyakan program itu memusatkan diri pada informasi dasar tentang perundungan seksual, mengajarkan anak misalnya untuk mengetahui perbedaan antara sentuhan yang “baik” dan yang “jahat”, mengingatkan mereka akan bahayanya dan mendorong mereka untuk memberitahu orang dewasa bila ada sesuatu yang sampai kini terjadi pada mereka.

Tetapi, sebuah survei nasional terhadap 2000 anak menemukan bahwa latihan dasar ini hampir tidak ada gunanya-atau sebetulnya lebih buruk daripada tidak ada sama sekali-dalam menolong anak melakukan sesuatu untuk mencegahnya menjadi korban, entah oleh pengacau di sekolah atau calon pemerkosa anak (David Finkelhor).

Yang lebih buruk, anak yang hanya mendapatkan program dasar semacam itu dan yang selanjutnya menjadi korban serangan seksual, sebenarnya cuma separuhnya yang melaporkan perundungan tersebut sesudahnya bila dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan program itu sama sekali.

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/