- Prinsip mendengarkan secara empati. Dalam mendengar secara efektif, kita sepenuhnya mendengar pesan yang disampaikan pembicara, terutama komponen emosional dan menyiarkan pemahaman kita tentang pesan tersebut dalam cara sedemikian rupa sehingga ia merasa diterima dan dimengerti. Sangat mudah sekali untuk keliru membaca atau mengabaikan perasaan. Banyak dari kita belajar untuk menyembunyikan perasaan kita pada masa anak anak. Pada saat kita dewasa, sebagian besar dari kita menganut ritual pertukaran perasaan yang superfisial, bicara berhati hati, yang diharapkan oleh masyarakat yang sopan. Mendengar yang empatik mengharuskan kita mendengarkan dalam tingkat yang lebih dalam, menghubungkan perasaan kita dengan pembicara dan mengkomunikasikan hubungan tersebut.
- Prinsip “saya-pesan.” Apakah Anda sedang bertanya atau membuat pernyataan, ambil tanggung jawab jelas untuk tiap pesan yang Anda kirimkan. Seringkali pernyataan “Anda” dan pernyataan “Saya” dikacaukan. Sebagai contohnya, saat orang berkata, “Kamu membuat saya marah,” mereka sesungguhnya berkata, “Saya sedang marah.” Dan kadang kadang pertanyaan sesungguhnya merupakan jebakan. Tanyakan pertanyaan yang legitimatif bukannya yang retorikal dan manipulatif.
- Prinsip komunikasi langsung. Jika Anda menginginkan perubahan, penjelasan, kepastian, persahabatan, dukungan atau apa saja-bersikaplah langsung. Jangan berbicara secara panjang lebar. Dan jangan harapkan pendengar mengetahui pikiran Anda secara tepat. Kesalah pahaman tidak dapat dihindari dari komunikasi yang tidak jelas.
- Prinsip kata yang lembut dan isyarat yang kuat. Jika perkataan kita menyampaikan satu pesan, namun nada suara atau bahasa tubuh mengatakan hal yang lain, kita akan menimbulkan kecurigaan atau kebingungan pada pendengar. Dimensi nonverbal adalah sangat penting bagi komunikasi manusia. Dalam kenyataannya, penelitian menyatakan bahwa 70 persen komunikasi kita dengan orang lain dilakukan pada tingkat nonverbal. Kembangkan konsistensi antara apa yang Anda katakan dan bagaimana Anda mengatakannya.
- Prinsip bahasa deskriptif. Jika perilaku dijelaskan bukannya diberikan label, hasilnya jauh lebih positif. Seringkali untuk membuat sekeliling kita mengerti, kita mengkategorisasikan dan memberi label perilaku yang komplek. Kita juga sering tidak mempertimbangkan fluktuasi perilaku manusia. Jangan mengatakan ,”Kamu bodoh di tempat tidur,” tetapi katakan, “Saya sebenarnya menginginkan kamu merangsang saya lebih lama sebelum kita berhubungan seksual.”
Sumber : Secrets of Better Sex, Joel D. Block, Ph.D., 1997.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/