Dalam salah satu latihan, murid memikirkan langkah realistis, tak peduli betapapun kecilnya langkah itu, yang bisa membantu memecahkan sejumlah konflik yang pernah mereka hadapi.
Dalam latihan lainnya, murid memperagakan kembali adegan di mana seorang kakak yang sedang berusaha mengerjakan pekerjaan rumahnya menjadi amat sangat terganggu oleh suara keras musik rap dari tape adiknya. Karena frustasi, sang kakak mematikan tape tersebut walaupun diprotes oleh si adik.
Kelas mengadakan sumbang saran untuk mencari cara yang dapat mereka gunakan untuk menyelesaikan persoalan tersebut hingga memuaskan kedua kakak beradik itu.
Salah satu kunci keberhasilan program penyelesaian konflik itu adalah memperluas program tersebut bukan hanya di ruang kelas namun juga di lapangan bermain dan kantin sekolah, tempat amarah lebih sering cenderung meledak.
Demi tujuan itu, beberapa murid dilatih sebagai penengah, peran yang dapat dimulai di kelas kelas terakhir sekolah dasar. Ketika ketegangan merebak, murid dapat mencari seorang penengah untuk menolong mereka menyelesaikan ketegangan itu.
Para penengah di halaman sekolah belajar menangani perkelahian, ejekan dan ancaman, pelecehan rasial dan peristiwa yang bisa memanas lainnya dalam kehidupan sekolah.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/