Remaja dan orang tua memperoleh manfaat dengan menetapkan batasan yang jelas. Namun, batasan batasan ini harus masuk akal agar efektif.
Batasan yang berlebihan dan tidak rasional mengandung banyak resiko dan cenderung menadi bumerang, tidak peduli betapapun baik maksud orang tua.
Beberapa tahun yang lalu, saya menangani seorang gadis berumur enam belas tahun yang secara konsisten diberi tahu agar ia sudah berada di rumah pada pukul sembilan setiap hari Sabtu malam. Orang tuanya tidak punya alasan untuk meragukannya tetapi bersikeras bahwa ada banyak bahaya di luar sana, sehingga ia perlu dilindungi. Ia benci jam malam ini dan mengeluh bahwa ia sedang diperlakukan seperti anak kecil.
Orang tuanya menolak permintaannya agar jam malamnya diperpanjang dan lebih konsisten menetapkan kapan teman temannya sudah harus pulang, dan memberitahukan dengan tegas bahwa mereka berbuat begini demi kebaikannya.
Putri mereka yang sangat ingin memiliki kehidupan sosial seperti teman temannya mulai menyelinap keluar dari rumah larut malam untuk menemui teman temannya. Orang tuanya tidak tahu sama sekali dan ia merasa menang karena ia sedang memprotes jam malam yang ketat dan bersenang senang.
Namun tindakannya ini membuatnya menanggung resiko yang besar. Bukan saja mungkin terjadi aktifitas aktifitas yng beresiko seperti minum, mengkonsumsi narkoba dan hubungan seksual, ia juga menanggung resiko menghadapi bahaya secara fisik karena menyelinap sendirian tanpa ada orang yang tahu di mana ia berada.
Larut malam, ayahnya kebetulan melongok ke kamarnya dan mendapati putrinya tidak ada. Ketika keesokan harinya orang tuanya menegurnya, mereka sangat stres dan marah. Reaksi pertama mereka adalah menghukumnya dengan melarangnya keluar rumah selama beberapa bulan.
Masalahnya adalah ia belum pernah terlibat masalah dan selain perilakunya ini, belum pernah bersikap tidak kooperatif atau menentang orang tuanya atau orang lain.
Dengan usaha keras, saya meyakinkan orang tuanya bahwa pemberontakan putri mereka akan dapat ditangani dengan lebih baik jika mereka memberinya kesempatan untuk pulang ke rumah sedikit lebih larut dan menunjukkan bahwa ia bisa bertanggung jawab.
Pada mulanya mereka agak skeptis, tetapi akhirnya setuju untuk menerima rekomendasi saya. Untungnya ketika putri mereka merasa bahwa orang tuanya memahami keluhannya, ia pun patuh pada pengaturan yang baru itu.
Orang tua harus mempertimbangkan kembali tuntutan tuntutan yang tidak masuk akal, seperti pembatasan telepon secara permanen, prasyarat studi yang berlebihan, dengan keras membatasi waktu yang dihabiskan para remaja bersama teman teman mereka dan aturan berpakaian yang sangat berbeda dengan yang dianut teman teman sebaya anak mereka.
Orang tua yang terlalu mengatur anak anak mereka memaksa para remaja ini agar menuruti harapan yang membuat mereka malu dan tidak mengikuti zaman. Batasan yang terlalu berlebihan sering kali dilanggar. Saat aturan aturan orang tua membuat para remaja sulit untuk menjalani kehidupan normal yang teman teman mereka nikmati, mereka akan berbohong dan melakukan apapun juga untuk melanggar aturan itu.
Tipuan ini semakin memperlebar jurang komunikasi antara mereka dengan orang tua mereka dengan orang tua mereka dan anak anak ini beresiko mengalami masalah masalah serius, bahkan tindakan yang lebih drastis seandainya mereka tertangkap basah.
Sumber : Bagaimana Cara Membuat Anak Remaja Anda Terhindar dari Masalah dan Apa yang Harus Anda Lakukan Saat Usaha itu Gagal, Dr. Neil I. Bernstein, 2006.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/