Cindy yang berumur empat belas tahun selalu bersikap lebih tua dari usia sebenarnya dan sekarang setelah ia duduk di bangku SMU, teman temannya mencakup para senior dan bahkan lulusan SMU.
Pada satu hari Sabtu malam di bulan September, teman barunya Steve mengundangnya untuk nonton film dan melewatkan malam itu dengan nongkrong bersama teman temannya setelah selesai nonton. Steve tinggal di dekat situ dan menawarkan untuk menjemput Cindy dengan mobilnya.
Cindy sangat bersemangat dan menghubungi orang tuanya untuk minta izin mereka. Ternyata mereka sangat serius mempertimbangkan gagasan itu.
“Mengapa kalian tidak membiarkan aku pergi ?” katanya dengan nada kecewa. “Steve telah mengemudi selama bertahun tahun dan aku aman pergi bersamanya. Selain itu, tidak ada cara lain aku bisa tiba di sana.”
Orang tua Cindy menyatakan kembali gagasan yang telah mereka diskusikan bersamanya sebelumnya. “Cindy, kita tidak suka kau bergaul dengan kelompok ini. Kedengarannya mereka jauh lebih tua dari pada kau, sebagian besar dari mereka adalah anak laki laki dan kami tidak mengenal satupun dari mereka.
Beberapa dari mereka bahkan sudah kuliah ! Dan Steve mungkin pria yang hebat, tapi kami tidak tahu itu. Kami tidak akan mengijinkan kau keluyuran dengan sekelompok lelaki asing yang jauh lebih tua daripada kau.”
Cindy protes, “Mengapa penting bahwa mereka lelaki atau bahwa mereka lebih tua ? Mereka teman temanku, terutama Steve. Kalian tidak bisa memilihkan teman teman untukku !”
Pada saat itu, Cindy merengek rengek, “Jika kalian tidak mengizinkan aku pergi malam ini, aku tidak akan mampu menghadapi mereka hari Senin depan. Setiap orang akan berpikir aku ini payah dan Steve tidak akan mau bergaul denganku lagi. Mereka akan berpikir aku ini mahasisiwi baru yang tidak diizinkan melakukan apapun yang menyenangkan. “Diskusi itu semakin memburuk.
Orang tua Cindy dengan tenang mempertahankan keputusan mereka, Ibunya berbicara dengan lembut.”Dengar, manis, Ibu tahu ini sangat penting bagimu, tetapi kadang kadang Ayahmu dan aku harus melakukan apa yang kami rasa terbaik. Jika kita terus berdebat, keadaan hanya akan menjadi lebih buruk.
Kalian semua akan pergi ke mal untuk nonton film itu. Jadi bagaimana jika Ayah mengantarkan kau ke mal itu sehingga kami bisa bertemu teman temanmu disitu ? Lalu ia bisa menjemputmu setelahnya jika kita bisa menyepakati tempat pertemuan.”
Sekarang Cindy menangis, “Kalian tidak mengizinkan aku melakukan apapun. Akan sangat memalukan jika Ayah yang mengantarku ke sana. Bagaimana aku bisa menjelaskan pada Steve bahwa orang tuaku tidak mempercayainya sehingga tidak mengizinkan aku ikut bersamanya ? Cara ini tidak akan berhasil.”
Ayahnya nimbrung. “Lihat, Cindy, Ayah minta maaf, tetapi hanya itu pilihanmu. Beritahu Ayah apa yang ingin kau lakukan.”Cindy berlari ke kamarnya sambil menangis dan membanting pintu. Sepuluh menit kemudian, ia turun kembali “Ayo, Yah cepet atau aku akan terlambat. Aku menunggu di mobil.”
Orang tua Cindy yang berakal sehat menangani situasi yang tegang itu dengan baik. Mereka menetapkan batasan mereka, menawarkan penjelasan, mendengarkan putri mereka dan mempertahankan keputusan mereka. Jika Cindy mengancam untuk pergi ke mal tanpa izin atau melakukan sesuatu yang ekstrim, orang tuanya akan merinci konsekuensinya tanpa mengancamnya.
Dan tentu saja mereka akan dapat menegakkkan konsekuensinya atau nantinya putri mereka tidak akan menganggap serius mereka.
Sumber : Bagaimana Cara Membuat Anak Remaja Anda Terhindar dari Masalah dan Apa yang Harus Anda Lakukan Saat Usaha itu Gagal, Dr. Neil I. Bernstein, 2006.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/