Dampak dari diberlakukannya work from home (WFH) selama pandemi Covid 19 dan semakin dekatnya kita dengan era metaverse, suka tidak suka merubah total budaya kerja karyawan di perusahaan atau organisasi.
Begitu pula dengan dampak fisik maupun psikis dari karyawan yang sudah ataupun belum pernah terpapar Covid 19 dapat memicu timbulnya kecemasan kronis, serangan panik, perasaan takut terpapar ataupun depresi akibat kehilangan orang yang dicintai, dsb. Di sisi lain dengan semakin berkembangnya teknologi Augmented Reality (AR) yang memungkinkan seseorang berinteraksi seolah “nyata” padahal maya, membuat karyawan semakin beresiko mengalami disorientasi ruang dan waktu.
Kombinasi dari kedua hal ini tentu saja berpotensi mempengaruhi langsung kinerja karyawan karena yang bersangkutan menjadi sulit fokus atau konsentrasi dalam bekerja akibat mengalami berbagai hambatan pribadi seperti susah tidur, gangguan lambung, disfungsi seksual dsb.
Secara organisasi, produktivitas karyawan memang ditentukan oleh bagaimana proses recruitment, pelatihan dan pengembangan diri yang terencana, ketersediaan sarana dan prasarana kerja, lingkungan kerja yang kondusif, sistematika uraian kerja (job description) dan tanggung jawab yang jelas, visi misi dan budaya organisasi, sistem komunikasi struktural, serta jumlah bonus atau insentif. Untuk memperoleh karyawan yang kompeten dan produktif, biasanya perusahaan sejak awal melakukan proses penyaringan secara ketat, dan jika perlu digunakan jasa profesional. Tujuannya agar memperoleh karyawan yang benar benar kompeten dan produktif sesuai dengan yang dibutuhkan oleh perusahaan, sehingga mampu secara bersama sama mewujudkan visi misi perusahaan.
Namun sayangnya, tidak semua hal, khususnya yang berkaitan dengan trauma pribadi, hambatan pribadi (mental blocks) atau faktor faktor psikologis yang secara langsung berpengaruh terhadap produktifitas karyawan, dapat teridentifikasi pada proses rekrutmen. Contohnya gangguan kecemasan atau stress, mudah panik, takut tampil/presentasi, takut naik pesawat, takut berkendara, takut salah, takut gagal, takut tertular penyakit dan lain-lain.
Meski semua hambatan tersebut bersifat sangat pribadi dan bukan merupakan domain perusahaan untuk mencampurinya, namun jika hal tersebut tidak tertangani pada kesempatan pertama, dapat berkembang menjadi gangguan psikosomatis seperti gangguan tidur, gangguan pencernaan seperti GERD, mudah sesak, gangguan konstipasi, berdebar debar tanpa sebab dan lain-lain, yang tentu saja dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja, menurunkan daya tahan tubuh karyawan, mengganggu komunikasi antar karyawan, meningkatkan resiko kecelakaan kerja sehingga berpotensi menghambat produktivitas dan keselamatan kerja karyawan.
Itu sebabnya, diperlukan pelatihan-pelatihan yang secara tidak langsung berhubungan dengan kecerdasan emosional karyawan, kemampuan mengelola dan mengendalikan stres, meningkatkan keterampilan komunikasi dan membangun relasi, bahkan jika perlu, perusahaan bersedia memfasilitasi karyawan yang menginginkan terapi.
Hanya perusahaan atau organisasi yang visioner dan fleksibel dalam menghadapi perubahan yang nantinya mampu bertahan bahkan memenangkan persaingan.
Ingin meningkatkan produktivitas karyawan? KLIK > https://servo.clinic/alamat/