Sebagai seorang eksekutif perusahaan, kita sering dihadapkan pada pilihan yang sama sama tidak menyenangkan yaitu taat pada prosedur atau berorientasi pada hasil akhir.

Sedikitnya waktu yang tersedia, tidak adanya data analisa, serta resiko penalti menuntut pengambilan keputusan segera, namun disisi lain, tidak jarang beresiko melanggar prosedur baku yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Atau sebaliknya, sikap kaku dalam pelaksanaan prosedur seringkali menghilangkan kesempatan emas perusahaan ataupun kehilangan momentum dalam meraih manfaat yang maksimal.

Aspek yang harus dikendalikan adalah :

1. Identifikasi mana yang masuk dalam kategori penting dan mendesak harus jelas.
2. Memiliki alat pengendali pencapaian berupa rencana serta batas waktu penyelesaian
3. Menetapkan skala prioritas dan hal apa saja yang dapat dikerjakan pada situasi tidak mendesak serta yang dapat di delegasikan
4. Pengendalian tahapan pelaksanaan rencana termasuk rencana alternatif apabila rencana utama tidak bekerja
5. Pengendalian resiko terhadap keputusan diluar prosedur termasuk menetapkan prosedur pelepasan positif dan terkendali.
6. Perolehan nilai optimum antara konsistensi (baca : keteraturan) dan manfaat.

Hal paling utama adalah keyakinan bahwa apapun keputusan yang dibuat harus berorientasi pada hasil sekaligus terkendali. Jadi pilihannya bukan terletak pada mana yang lebih penting antara prosedur atau hasil akhir, melainkan “timing” kapan harus berjalan sesuai prosedur dan kapan harus berorientasi pada hasil akhir.

Disinilah kecerdasan emosi (EQ) seorang pimpinan menjadi penting dan untuk itulah seorang pimpinan dibayar mahal !

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/