Perusahaan yang telah memiliki sistem yang sehat biasanya lebih suka merekrut lulusan baru (fresh graduated) dengan pertimbangan lebih mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

Namun hal tsb. dapat menjadi dilemma bagi perusahaan yang masih mencari bentuk sebuah sistem apalagi yang mulai uzur. Menerima lulusan baru berarti hanya menambah beban membimbing, mengarahkan dan mengajarkan sebelum ybs. siap digunakan. Belum lagi resiko terkontaminasi oleh sikap negatif ataupun kebiasaan kerja yang buruk dari senior-seniornya serta motivasi oportunis yang menjadikan perusahaan hanya sebagai batu loncatan ke perusahaan lain.

Disisi lain, merekrut senior berarti pula harus menyediakan anggaran gaji yang lebih besar. Dari sisi budaya kerja juga belum tentu langsung “tune in” dengan atmosfir kerja yang ada dan kalaupun sebelumnya si senior sudah bekerja diperusahaan yang sehat, belum tentu ybs. dapat membawa perubahan yang berarti terhadap tempat kerja baru.

Jadi letak persoalannya bukan pada lebih senior / yuniornya tenaga kerja yang akan direkrut ataupun kemampuan finansial perusahaan tetapi sejauh mana “sikap” karyawan dan “sistem” perusahaan memiliki kemauan dan kemampuan untuk terus tumbuh.

Karyawan yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi memiliki kemampuan bertahan yang lebih kuat terhadap tekanan serta memiliki pencapaian yang lebih baik terhadap tujuan. Sementara perusahaan dengan sistem yang sehat tidak tergantung pada seorang individu namun tetap dapat mencapai performa terbaiknya atau dengan kata lain “orang” boleh berganti tetapi perusahaan tetap tumbuh.

Persaingan yang sehat antara karyawan yang fokus pada kompetensi dan perusahaan yang fokus pada peningkatan sistem akan menjadi sinergi yang dahsyat bagi karyawan dan perusahaan.

Jadi, darimana perusahaan harus memulainya, mulailah dari kecerdasan emosi karyawan dan keharmonisan sistem Anda.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/