Willie adalah seorang office assistant di sebuah kantor pengacara kecil. Sekarang, diusia awal 30-an, Willie telah memiliki riwayat pekerjaan yang sangat buruk. Ia tidak pernah bekerja di tempat yang sama selama lebih dari 2 tahun dan menghabiskan banyak waktu untuk menelaah agen agen tenaga kerja temporer.
Tetapi pada pertemuan pertama dengannya, Anda mungkin akan mendapat kesan bahwa ia sangat kompeten dan bahwa dialah yang mengelola kantor itu. Bila Anda memasuki ruang tunggu, Anda akan disambut oleh Willie, meskipun ia bukan resepsionis.
Ia amat tertib, menanyakan apa yang dapat ia bantu, menawarkan kopi dan meminta agar Anda membuat diri Anda merasa nyaman di wilayah”nya”. Willie senang berbicara dan semua pembicaraan dengan cepat dibawanya ke arah yang membuatnya menjadi pusat perhatian.
Sikap “menjilat” itu pada mulanya tidak terlalu mengganggu, tetapi lama kelamaan mengganggu staf lain. Ini terutama terjadi bila ia menunjuk pegawai lain di kantornya untuk menjadi stafnya, meskipun ia tidak memiliki tanggung jawab untuk menyelia satupun di antara mereka.
Percakapannya dengan pengunjung dan staf sering kali menyita banyak waktunya sendiri maupun waktu staf lain dan ini berubah menjadi masalah. Ia dengan cepat bersikap sebagai pengontrol dalam pekerjaannya-sebuah pola yang juga terungkap di posisi posisi lain yang pernah didudukinya.
Ia sangat ingin memimpin tugas tugas yang diberikan kepada orang lain. Sayangnya ia tidak dapat menyelesaikan tugas tugas itu dengan baik dan ini menciptakan banyak friksi.
Ketika dihadapkan pada masalah masalah semacam ini. Willie mula mula akan menyalahkan orang lain. Tetapi kemudian menjadi jelas bahwa sikap self centerred dan suka mengontrolnya merupakan akar bagi banyak ketidakefisienan di kantor itu.
Selama rapat disipliner dengan semua mitra firma hukumnya, Willie tiba tiba bersikap sangat kasar dan menuduh mereka bersekongkol untuk mencelakai dirinya. Ia memaksa mereka mengakui bahwa kinerjanya di semua posisi yang sebelumnya pernah didudukinya istimewa-sesuatu yang kontradiktif dengan penilaian para mantan employernya-dan bahwa mereka semua salah menilainya.
Setelah lebih tenang, ia mengungkapkan masalah minum yang pernah dialaminya, riwayat depresi dan berbagai macam masalah keluarga, yang semua diyakininya turut menyumbang timbulnya berbagai kesulitan yang dialaminya.
Firma hukum itu merekomendasikannya untuk mengunjungi klinik universitas sebagai syarat agar tetap bisa bekerja di firma itu. Disana ia didiagnosis dengan depresi berat dan gangguan kepribadian narsisistik.
Sumber : V. Mark Durand & David H. Barlow, Psikologi Abnormal, 2006.
Ingin bebas depresi? KLIK > https://servo.clinic/alamat/