Tak diragukan lagi, Cecil amat pintar; ia adalah pakar beberapa bahasa asing dengan latar belakang perguruan tinggi, seorang penerjemah yang tangguh.
Tetapi ada beberapa sisi penting yang sama sekali tidak dikuasainya. Cecil tampaknya tidak memiliki keterampilan sosial yang paling sederhanapun. Ia pasti akan gugup bila harus melakukan percakapan ringan sambil minum minum kopi dan sikap janggal ketika melewatkan hari harinya; pendek kata, ia tampaknya tidak memiliki kemampuan dalam pergaulan sosial sehari hari.
Karena kekurang lancaran pergaulannya semakin menjadi jadi bila ia berada di tengah tengah kaum wanita, Cecil datang untuk berobat seraya memikirkan apakah ia, seperti yang diistilahkan olehnya, mempunyai “kecenderungan homoseksual yang tersembunyi”, meskipun dia tidak mempunyai khayalan semacam itu.
Masalah sesungguhnya, kata Cecil kepada ahli terapinya, adalah ia takut bahwa apa apa yang dipercakapkannya tidak dapat menarik minat orang. Rasa takut tersembunyi ini semakin parah karena kekurangannya dalam keterampilan sosial. Kegugupannya selama percakapan dapat membuatnya terkekeh kekeh dan tertawa pada saat saat yang betul betul tidak pas, namun ia sama sekali tidak dapat tertawa bila seseorang mengatakan sesuatu yang memang lucu.
Kecanggungan Cecil, katanya kepada terapisnya, berasal dari masa kanak kanak; sepanjang hidupnya ia hanya merasa nyaman secara sosial bila ia ditemani kakak laki lakinya, yang entah bagaimana menolong membuat segala sesuatunya menjadi mudah baginya. Tetapi begitu ia meninggalkan rumah, ketidak cakapannya itu sangat terasa; secara sosial ia lumpuh.
Sumber : Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/