Seni Mengkritik ?

Harry Levinson, seorang psikoanalis yang menjadi konsultan perusahaan, memberi nasihat berikut tentang seni menyampaikan kritik, yang secara rumit dapat terjalin dengan seni memuji :

Langsung pada sasaran : Kritik harus difokuskan langsung pada sasaran, memaparkan apa yang sudah dilakukan dengan baik, apa yang masih kurang dan bagaimana memperbaikinya. Jangan berbelit belit atau berputar putar atau berusaha menghindar, karena tindakan tersebut hanya akan mengaburkan pesan sebenarnya. Tentu saja nasihat ini serupa dengan nasihat bagi pasangan suami istri yang suka mengeluh dengan model “XYZ”: sebaiknya ungkapkan apa masalah sesungguhnya, apa yang keliru atau bagaimana perasaan Anda dan apa yang dapat diperbaiki.

Tawarkan suatu solusi : Kritik, seperti halnya umpan balik yang bermanfaat, seharusnya mengajukan cara untuk memperbaiki masalah. Kalau tidak maka kritik akan membuat yang terkena kecewa, patah semangat atau kehilangan motivasi. Kritik dapat membukakan pintu ke arah kemungkinan dan alternatif yang tidak disadari oleh orang tersebut atau sekedar menggugah kekurangan kekurangan yang perlu diperhatikan-tetapi kritik harus meliputi saran saran tentang bagaimana mengatasi kesulitan kesulitan.

Lakukan tatap muka : Kritik, seperti halnya pujian, akan sangat efektif apabila dilakukan secara tatap muka dan suasana pribadi. Orang yang merasa tidak enak untuk mengkritik-atau memuji- cenderung mengurangi ketidak enakannya dengan melakukan kritik secara tidak langsung, misalnya dengan memo. Tetapi ini membuat komunikasinya kurang mempribadi dan menghapus peluang orang yang menerimanya untuk memberi respons atau penjelasan.

Peka : Peka merupakan unsur berempati, untuk memahami pengaruh yang Anda katakan dan bagaimana Anda mengatakannya pada orang yang menerima. Para manajer yang empatinya rendah kata Levinson, sering kali menyampaikan umpan balik dengan cara yang menyakitkan hati, misalnya dengan cara yang meruntuhkan semangat. Efek kritik semacam itu bersifat destruktif; bukannya membuka jalan menuju perbaikan, kritik semacam itu menciptakan reaksi yang keliru dalam bentuk rasa benci, sakit hati, sikap defensif dan menjauh.

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

2 pemikiran pada “Seni Mengkritik ?

  1. Assalamuallaikum…
    Nama saya Sahrul arifin arifin bekerja sebagai jasa pengiriman, beberapa bulan ini saya awal nya mengalami penyakit magg dan terus merasakan ketakutan seperti takut mati dan strees dan membuat diri saya menjadi keganggu dalam pekerjaan saya, dan menjadi susah tidur ( insomnia)

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s