Saya selalu cemas dan tegang sepanjang waktu.
Semua ini berawal ketika saya masih murid Sekolah Menengah Atas. Saya adalah murid yang selalu mendapat nilai A dan saya terus menerus risau tentang nilai nilai saya, apakah anak anak lain dan guru guru menyukai saya, tak mau datang terlambat ke kelas-hal hal semacam itu.
Orang tua saya menekankan agar saya berhasil di sekolah dan layak dijadikan teladan. Tampaknya saya “kalah” menghadapi semua tekanan tersebut, karena pada tahun kedua di Sekolah Menengah Atas saya mulai menderita gangguan lambung.
Sejak saat itu saya harus berhati hati bila minum minuman yang mengandung kafein dan makan hidangan yang pedas pedas. Saya amati bahwa apabila saya merasa cemas atau tegang, perut saya mulas dan karena saya terus menerus mencemaskan berbagai hal, saya selalu mual mual (Timothy Brown et al.).
Bila kecemasan menolong kita untuk bersiap siap mengatasi bahaya (hal yang bermanfaat bagi evolusi), kecemasan itu telah banyak berjasa bagi kita. Tetapi, dalam kehidupan modern, kecemasan sering kali melebihi proporsi dan tidak pada tempatnya-beban stres dianggap sebagai situasi yang harus kita terima dalam hidup atau situasi yang dibangkitkan oleh pikiran, bukan sebagai bahaya nyata yang harus kita lawan.
Serangan rasa cemas yang berulang ulang menandakan adanya stres sangat hebat. Wanita yang mendapat gangguan pencernaan karena terus menerus cemas merupakan contoh bagus bagaimana kecemasan dan stres memperhebat gangguan medis.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/