Stress dan Daya Tahan Tubuh ?

Dalam salah satu studi yang secara ilmiah dipandang cukup meyakinkan, Sheldon Cohen, seorang ahli psikologi pada Carnegie Mellon University, bekerja sama dengan ilmuwan ilmuwan pada unit penelitian khusus untuk selesma di Sheffield, Inggris, dengan hati hati mengukur tingkat stres yang dirasakan orang dalam kehidupannya dan kemudian secara sistematis memaparkan orang orang itu terhadap virus selesma.

Tak seorangpun yang terpapar tadi betul betul terserang selesma; sistem kekebalan yang kuat dapat-dan secara terus menerus-menahan virus selesma. Cohen menemukan bahwa semakin tinggi tingkat stres dalam kehidupan seseorang, semakin besar kemungkinan orang tersebut terkena selesma.

Diantara mereka yang tingkat stresnya rendah, 27 persen terserang selesma setelah terpapar virus; di antara mereka yang hidupnya terus menerus mengalami stres, 47 persennya terkena selesma-bukti langsung bahwa stres itu sendiri memperlemah sistem kekebalan (Sheldon Cohen et al.).

Hal yang tidak jauh beda juga terjadi pada pasangan suami istri. Pasangan suami istri yang selama tiga bulan terus terusan cekcok dan mengalami peristiwa peristiwa tidak mengenakkan seperti pertengkaran rumah tangga memperlihatkan suatu pola mencolok; tiga atau empat hari setelah mengalami segudang peristiwa yang amat menjengkelkan, mereka sakit pilek atau terkena infeksi saluran pernapasan bagian atas.

Periode lambat itu persis dengan waktu inkubasi virus selesma biasa, sehingga menandakan bahwa paparan yang terjadi ketika mereka sedang amat cemas dan kecewa akan membuat mereka sangat rentan (Arthur Stone et al.).

Pola stres infeksi yang sama berlaku juga untuk virus herpes-baik jenis yang menyebabkan sariawan di bibir maupun yang menyebabkan luka di alat kelamin. Begitu orang terpapar virus herpes, virus itu tetap tinggal bersembunyi di dalam tubuh, siap menyerang sewaktu waktu.

Kegiatan virus herpes dapat dilacak menurut kadar antibodi terhadapnya di dalam darah. Dengan memanfaatkan cara ini, giatnya kembali virus herpes tampak pada mahasiswa mahasiswa kedokteran yang menjalani ujian akihir tahun, pada ibu ibu yang baru bercerai dan di antara orang orang yang didera tekanan terus menerus karena harus merawat anggota keluarga yang menderita penyakit Alzheimer (Ronald Glaser dan Janice Kiecolt-Glaser).

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s