Banyak pasien memperoleh manfaat besar apabila kebutuhan psikologisnya terpenuhi seiring dengan terpenuhi kebutuhan murni medisnya. Meskipun hal ini adalah langkah maju ke arah perawatan yang lebih manusiawi apabila dokter atau perawat memberikan hiburan dan pelipur lara kepada pasien yang tertekan, masih banyak hal yang harus dilakukan.
Tetapi, perawatan emosi merupakan kesempatan yang amat sering terlupakan dalam praktek ilmu kedokteran dewasa ini; perawatan emosi adalah sisi yang terabaikan dalam ilmu kedokteran.
Kendati data yang menumpuk sudah menunjukkan adanya manfaat medis bila kebutuhan emosi terpenuhi dan juga ada bukti bukti yang mendukung adanya hubungan antara pusat emosi otak dan sistem kekebalan, banyak dokter tetap skeptis bahwa emosi pasien mereka secara klinis ada pengaruhnya, meremehkan bukti untuk hal ini sebagai kurang berbobot dan tidak ilmiah, sebagai “pinggiran” atau lebih buruk lagi, sebagai alat promosi dengan cara menonjol nonjolkan diri sendiri.
Dalam sebuah studi di Mt. Sinai School of Medicine di New York City dan di Northwestern University terhadap pasien pasien lanjut usia yang tulang panggulnya patah, pasien yang menerima terapi untuk depresinya selain perawatan ortopedik yang normal, rata rata meninggalkan rumah sakit dua hari lebih cepat; yang berarti jumlah penghematan total ongkos kesehatan bagi kurang lebih 100 pasien adalah 97.361 dolar (Strain).
Perawatan semacam itu juga membuat pasien merasa lebih puas dengan dokter serta penanganan medisnya.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/