Mengingat arsitektur otak yang mendasari pembelajaran ulang emosi, apa yang tampaknya tersisa, bahkan setelah psikoterapi yang sukses, adalah reaksi bekas bekas, sisa kepekaan atau rasa takut asli pada akar pola emosi yang mengganggu. (?)
Korteks prefrontal mampu memperhalus atau mengerem dorongan amigdala untuk mengamuk, tetapi tidak mampu membuatnya untuk tidak beraksi terlebih dahulu. Dengan demikian, meskipun kita tidak mampu menentukan kapan kita mengalami gejolak emosional, kita mempunyai lebih banyak kendali terhadap berapa lama gejolak itu akan berlangsung. Masa pemulihan yang lebih cepat dari gejolak semacam itu sangat boleh jadi merupakan tanda kematangan emosi.
Selama terapi itu berjalan, yang terutama kelihatannya berubah adalah respon respon yang dibuat orang setelah reaksi emosional itu dipicu-tetapi kecenderungan reaksi tersebut terpicu lebih dahulu tidaklah lenyap seluruhnya (?). Bukti untuk hal ini berasal dari serangkaian penelitian psikoterapi yang dilakukan oleh Lester Luborsky dan rekan rekannya pada University of Pennsylvania. (Lester Luborsky dan Paul Crits-Christoph).
Mereka menganalisis konflik konflik utama dalam hubungan yang menyebabkan banyak pasien menjalani psikoterapi-masalah masalah seperti hasrat yang menggebu gebu untuk diterima atau menemukan keintiman atau takut gagal atau terlampau bergantung.
Mereka kemudian dengan seksama menganalisis respon respon khas (yang selalu mengalahkan diri sendiri) yang dibuat oleh para pasien ketika harapan dan ketakutan ini diaktifkan dalam hubungan mereka-respon tersebut terlalu banyak menuntut, yang menciptakan serangan balik amarah atau sikap dingin pada orang lain atau menarik diri untuk bertahan terhadap hinaan yang dikira akan diterimanya, sehingga membuat orang lain merasa jengkel karena merasa ditolak.
Dalam pola hubungan yang buruk semacam itu, para pasien, tentu saja, merasa dibanjiri oleh perasaan tidak enak-tak berdaya dan sedih, benci dan marah, tegang dan takut, merasa bersalah dan menyalahkan diri dan selanjutnya.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/