Pola emosi tertentu membuat orang lebih cenderung menemukan ketenangan emosional dalam salah satu obat terlarang daripada orang lain. Misalnya, ada dua jalur emosional menuju alkoholisme.
Jalur pertama, dimulai dengan seseorang yang amat tegang dan cemas di masa kanak kanaknya, yang biasanya sewaktu remaja menemukan bahwa alkohol akan menenteramkan kecemasan itu. Amat sering mereka adalah anak-biasanya laki laki-pecandu alkohol yang mengunakan alkohol untuk menenteramkan kerisauannya.
Salah satu penanda biologis bagi pola ini adalah kurangnya sekresi GABA, neruotransmitter yang mengatur kecemasan-terlalu sedikit GABA akan menyebabkan orang mengalami ketegangan tingkat tinggi. Sebuah penelitian menemukan bahwa anak laki laki yang ayahnya pecandu alkohol mempunyai kadar GABA sedikit dan sangat merasa cemas, tetapi bila anak itu minum alkohol, kadar GABA-nya meningkat dan kecemasan mereka turun (Howard Moss et al.).
Anak pecandu alkohol akan minum untuk meringankan ketegangan mereka, karena dalam alkohol itu mereka menemukan ketenangan yang tak mungkin mereka peroleh dengan cara lain. Anak semacam itu bisa menjadi rawan terhadap penyalah gunaan obat penenang maupun alkohol karena mereka punya alasan: untuk meredakan kecemasannya.
Sebuah kajian neuropsikologi terhadap anak laki laki yang orang tuanya pecandu alkohol, yang pada umur 12 tahun memperlihatkan tanda kecemasan seperti meningkatnya laju detak jantung sebagai respons terhadap stres dan juga keberingasan, menemukan bahwa anak itu juga membunyai fungsi lobus frontal yang buruk (Philip Harden dan Robert Pihl).
Dengan demikian, wilayah otak yang berfungsi meringankan kecemasan atau pengendalian keberingasan kurang bekerja pada mereka dibandingkan pada anak laki laki lain. Dan karena lobus prefrontal juga menangani ingatan kerja-yang menyimpan dalam otak akibat akibat berbagai jalur tindakan sewaktu membuat keputusan-cacat ini dapat mendorong mereka terjerumus ke dalam alkoholisme, dengan cara membuat mereka mengabaikan akibat buruk jangka panjangnya, terutama ketika mereka merasakan efek langsung hilangnya rasa cemas berkat alkohol.
Hasrat memperoleh ketenangan ini merupakan penanda emosional adanya kerawanan genetik penyebab kecanduan alkohol. Sebuah penelitian terhadap 1300 kerabat pecandu alkohol telah menemukan bahwa anak pecandu alkohol yang paling tinggi resikonya untuk menjadi pecandu juga adalah mereka yang diketahui mempunyai tingkat kecemasan kronis tinggi.
Para peneliti menyimpulkan bahwa kecanduan alkohol muncul pada orang semacam itu sebagai “pengobatan diri melawan gejala kecemasan” (Kathlee Merikangas et al.).
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/