Sewaktu ahli psikologi perkembangan dan orang lain memetakan pertumbuhan emosi, mereka mampu memperinci lebih lanjut pelajaran apa saja yang seharusnya dipelajari anak pada setiap tahap dalam bentang kecerdaan emosional itu, apa kiranya cacat permanen pada anak yang gagal menguasai keterampilan yang tepat pada waktu tertentu dan pengalaman penyembuhan apa saja yang dapat menutupi yang kurang.
Dalam program New Have, misalnya, anak di kelas kelas yang paling rendah mendapatkan pelajaran dasar tentang kesadaran diri, hubungan dan pengambilan keputusan. Dikelas satu, murid duduk dalam lingkaran dan menggulirkan “dadu perasaan” yang ditulisi kata kata seperti sedih atau gembira di setiap sisinya.
Menurut giliran, mereka melukiskan saat ketika mereka mengalami perasaan tersebut, latihan yang memberi mereka kepastian lebih besar dalam mengaitkan perasaan dengan kata kata dan membantu mereka berempati sewaktu mendengar orang lain memiliki perasaan yang sama seperti diri mereka sendiri.
Di kelas empat dan lima, sewaktu hubungan dengan teman sebaya semakin menjadi sangat penting dalam kehidupan mereka, mereka mendapat pelajaran yang membantu hubungan mereka berjalan lebih lancar: berempati, mengendalikan dorongan hati dan mengelola amarah.
Pelajaran Life Skills tentang membaca emosi dari ekspresi wajah yang dicoba oleh anak kelas lima di Troup, misalnya, pada pokoknya adalah tentang berempati. Untuk mengendalikan dorongan hati, ada sebuah poster “lampu lalulintas” yang diperagakan secara mencolok dengan enam langkah :
- Lampu merah :
1. Stop, tenang dan berpikir sebelum bertindak
- Lampu kuning :
2. Ceritakan masalahnya dan bagaimana perasaanmu
3. Tentukan tujuan yang positif
4. Pikirkan pemecahan pemecahannya
5. Pikirkan akibatnya
- Lampu hijau :
6. Teruskan dan laksanakan rencana terbaik.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/