Barangkali tanda yang paling jelas pengaruh pelajaran keterampilan emosional semacam itu adalah data yang ditunjukkan kepada saya oleh kepala sekolah di sekolah yang sudah berusia 12 tahun itu.

Di situ ada aturan yang ketat bahwa anak yang tertangkap basah berkelahi tidak boleh masuk sekolah. Tetapi, selama pelajaran keterampilan emosional itu diajarkan di situ sejak bertahun tahun yang lalu, terjadi penurunan secara mantap jumlah anak yang tidak diizinkan masuk sekolah.

“Tahun lalu,” kata kepala sekolah itu “ada 106 anak yang dilarang masuk sekolah. Untuk tahun ini-sekarang sudah bulan Maret-baru ada 26 murid.”

Ini merupakan manfaat nyata. Tetapi, selain bukti bukan ilmiah seperti kehidupan yang menjadi lebih baik atau terselamatkan itu, terdapat pertanyaan empiris mengenai seberapa jauh pelajaran keterampilan emosional itu benar benar berpengaruh bagi orang yang menjalaninya.

Data tersebut menyatakan bahwa meskipun kursus semacam itu tidak mengubah seseorang dengan seketika, sewaktu anak maju menempuh kurikulum dari tingkat ke tingkat, terdapat perbaikan nyata dalam suasana sebuah sekolah dan pandangan-serta tingkat keterampilan emosional-murid laki laki maupun perempuan yang mengikutinya.

Pernah ada sejumlah evaluasi objektif, di antaranya yang terbaik adalah yang membandingkan murid peserta kursus dengan murid setara yang tidak mengikutinya, dengan para pengamat independen yang menilai tingkah laku anak anak itu.

Metode lain adalah melacak perubahan pada murid yang sama sebelum dan sesudah mengikuti kursus tersebut berdasarkan pengukuran tingkah laku mereka secara objektif, misalnya jumlah perkelahian di sekolah atau larangan masuk sementara.

Pengumpulan penilaian semacam itu mengungkapkan manfaat luas keterampilan sosial dan emosional bagi anak, bagi tingkah laku mereka di dalam dan diluar sekolah dan bagi kemampuan belajar mereka.

Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.

Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/