Sekiranya akal emosional mengikuti logika dan aturan aturannya dimana satu unsur menggantikan unsur lainnya, segala sesuatunya tidak dengan sendirinya perlu dirumuskan menurut identitas objektifnya; yang penting adalah bagaimana mereka itu dipersepsi; segala sesuatunya menjadi sebagaimana tampaknya.
Apa yang mengingatkan kita akan sesuatu hal dapat menjadi jauh lebih penting daripada apa hal itu “sebenarnya”. Sunguh, dalam hidup emosional, identitas dapat seperti sebuah hologram dalam artian bahwa satu bagian tunggal memunculkan bagian keseluruhan.
Seymour Epstein mengajukan pendapat bahwa bila akal rasional melakukan hubungan logis antara sebab dan akibat, maka akal emosional itu tidak pilih pilih, karena menghubungkan hal hal yang sekedar mempunyai ciri ciri yang mencolok. (Epstein, 1993, p. 55).
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/