Ganja lagi …..ganja lagi…..aktor lagi …… aktor lagi…. musisi lagi ….. musisi lagi….. rasanya kisah narkoba dan pelaku seni seperti dua sisi mata uang yang senantiasa berulang dan berulang…..
Dari sisi karakter, seorang pelaku seni memang membutuhkan ketajaman rasa yang sangat dominan sehingga memampukan dirinya berasosiasi dengan peran ataupun aktifitas seni yang sedang digeluti, dalam istilah seni sering disebut sebagai penghayatan ataupun penjiwaan.
Kemampuan seniman untuk masuk ke dalam rasa inilah yang selanjutnya memberikan pengaruh pada kualitas lagu, kualitas film, kualitas lukisan, kualitas barang seni menjadi sebuah komoditas yang layak dijual dengan harga yang tidak bisa dinilai secara matematis.
Namun ironinya, semakin tinggi ketajaman rasa seseorang seringkali tidak sejalan dengan ketajaman analisa, ketajaman logika, ketajaman sistematika berpikir seseorang, kalau tidak boleh dikatakan sebagai terbalik.
Akibatnya, seorang master dibidang seni berpotensi menjadi tidak kritis terhadap motif terselubung, motif bisnis, niat buruk dari orang orang yang ada disekitarnya, sehingga menjadi rentan dikendalikan, dimanipulasi bahkan ditipu dengan mengatas-namakan pertemanan, perasaan empati ataupun solidaritas.
Itu sebabnya menjadi penting bagi seseorang master dibidang seni untuk tetap memiliki kesadaran penuh, memiliki kendali diri, menggunakan akal sehat dan memberi ruang kepada sinyal tubuhnya untuk memberi peringatan saat mendekati situasi bahaya, tidak malah menumpulkannya dengan alasan pertemanan ataupun solidaritas.
Ingin memiliki kendali penuh atas diri sendiri? KLIK > https://servo.clinic/alamat/