Peristiwa tragis tentang pemilik mobil berusia 89 tahun yang tewas dikeroyok massa dini hari jam 02.00 pagi, akibat kabur dan diteriaki sebagai maling.
Banyak pertanyaan yang belum terjawab dari peristiwa tersebut dan siapakah yang harus bertanggung jawab agar aksi main hakim sendiri tidak kembali terjadi?
Apa yang mendorong seorang pria berusia 89 menyetir sendiri pada dini hari, tanpa didampingi keluarga?
Apakah lazim terjadi serempetan pada dinihari, dimana jalanan umumnya relatif sepi? Jika karena alasan mengantuk, bukankah umumnya manula cukup mawas diri untuk tidak berkendara di malam hari?
Jika betul pengejaran terjadi karena alasan disrempet, lalu kenapa harus diteriakin maling? Bukankah sangat mudah bagi motor mengejar sipenyerempet dijalanan bukan tol?
Dari tayangan video pengejaran, kebanyakan pengejar tidak mengenakan helm. Apakah ketentuan penggunaan helm, tidak berlaku pada malam hari?
Kenapa aksi main hakim sendiri tidak dapat dicegah, bukankah pada saat itu terdapat mobil patroli polisi yang ikut mengejar? Apakah tidak dilakukan koordinasi dengan petugas patroli lainnya?
Jika betul lokasi pengeroyokan terjadi di jalan Pulokambing, bukankah dikawasan industri biasanya banyak petugas keamanan yang berjaga sehingga aksi main hakim sendiri relatif bisa dicegah?
Kiranya fenomena sosial ini menarik untuk didiskusikan lebih lanjut, agar bisa dipetik hikmahnya.
Misal, jangan keluar malam jika tidak ada kepentingan yang mendesak dan kalaupun terpaksa keluar malam, harus ada yang mendampingi.
Sebaiknya masyarakat mulai mempercayakan kembali masalah keamanan hanya kepada petugas hukum ataupun keamanan.
Petugas keamanan harus cepat tanggap, terlatih, koordinatif dan lebih sistematis dalam mencegah terjadinya aksi main hakim sendiri.
Agar masyarakat hormat dan kembali mempercayai petugas berwenang, penyalahgunaan wewenang oleh oknum aparat harus betul betul ditindak tegas dan jika perlu sanksinya diperberat.