Sudah nonton film dokumenter Netflix yang berjudul “The Tinder Swindler”?
Film tersebut mengisahkan tentang 3 orang wanita, Cecilie Schrøder Fjellhøy, Pernilla Sjoholm dan Ayleen Charlotte yang menjadi korban penipuan Simon Hayut alias Simon Leviev yang di instagram pribadinya, mendiskripsikan dirinya sebagai pengusaha berlian yang sukses dan menampilkan gaya hidup hedonis dengan mobil mewah, helikopter dan jet pribadinya.
Dalam menjalankan misi penipuannya, Simon Hayut berhasil membuat tiga wanita tersebut secara sukarela menggelontorkan uang untuk dirinya, bahkan ada yang sampai nekat terlilit hutang hingga 5 milyar rupiah, karena uangnya dijanjikan akan diganti.
Sebetulnya kisah penipuan berkedok cinta adalah modus lama yang selalu berulang dan berulang.
Kondisi psikologis korban yang umumnya tidak siap seperti masalah rumah tangga, bercerai atau yang sudah lama menjomblo karena patah hati, standar memilih pasangan yang tinggi, obsesi memiliki pasangan yang mapan, ditambah lagi jika mulai diteror dengan usia dan pertanyaan ‘kapan nikah’, berpotensi membuat calon korban menjadi lengah.
Ditahap awal pelaku biasanya menempatkan diri diposisi pria idaman yang sangat mapan, kaya raya, royal, penuh percaya diri, wangi, sangat romantis dan penuh perhatian, suka memuji, penuh hadiah namun setelah korban merasa nyaman dan jatuh cinta mulailah aksi ‘tipu-tipu’ dijalankan.
Hal penting yang harus diwaspadai dari seorang penipu bermodus ‘cinta’ adalah kemahirannya dalam memanipulasi pikiran dan perasaan korban, sehingga justru sikorban sendiri yang tanpa sadar menawarkan bantuan tenaga, fikiran, uang bahkan jika perlu tubuhnya, saat sang pria idaman seolah sedang dalam masalah.
Akibatnya tidak saja korban dirugikan secara fisik, psikologis, harga diri, finansial, bahkan kadang agama, namun bukan tidak mungkin pelaku penipuan juga terbebas dari tuntutan hukum.
Ingin terbebas dari penipu berkedok cinta? KLIK > https://servo.clinic/alamat/