International Society for Bipolar Disorders (ISBD) yang bermitra dengan International Bipolar Foundation (IBPF) dan Asian Network of Bipolar Disorders (ANBD) berinisiatif menetapkan tanggal 30 Maret sebagai Hari Bipolar Sedunia.
Tujuan ditetapkannya Hari Bipolar Sedunia tersebut dimaksudkan untuk mengedukasi dan mempromosikan penyebaran informasi mengenai gangguan bipolar melalui upaya kolaborasi internasional.
Pemahaman konseptual mengenai gangguan bipolar sudah terjadi sejak abad ke-19 melalui
diskripsi independen yang dipresentasikan oleh ahli saraf Prancis Jules Baillarger dan psikiater Prancis Jean-Pierre Falret, di Académie de Médecine, Paris pada tahun 1854 dimana Baillarger menyebut gangguan tersebut sebagai ‘folie bentuk ganda’ atau yang berarti kegilaan bentuk ganda, dan Falret menyebutnya sebagai ‘folie circulaire’ yang berarti kegilaan melingkar.
Biasanya penderita gangguan bipolar dapat mengalami episode depresi dan mania secara bergantian, dimana saat episode depresi, seorang penderita gangguan bipolar dapat merasa sedih, tidak berpengharapan, mudah marah, merasa kurang energi, sulit berkonsentrasi atau mengingat sesuatu, hilang minat pada aktivitas sehari-hari, merasa tidak berguna, dsb.
Sebaliknya saat mengalami episode mania, seorang penderita gangguan bipolar dapat merasa sangat senang, berbicara sangat cepat, merasa energinya banyak sehingga merasa tidak butuh tidur, merasa diri sangat penting, dan sebagainya.
Meski para ahli mengatakan bahwa gangguan bipolar dapat dipicu oleh beberapa hal seperti kondisi biologis ataupun faktor genetika, namun penyebab gangguan tersebut belum diketahui secara pasti.
Berbeda dengan pengalaman kami sebagai terapis, dapat kami yakinkan jika gangguan tersebut bukanlah sebuah penyakit, melainkan hanya menggambarkan sebuah kondisi yang saling bertentangan antara keinginan dengan kenyataan, antara keinginan untuk menghadapi persoalan dengan respon perilaku yang otomatis menghindar.
Artinya gangguan tersebut bersifat sementara dan sangat mungkin untuk disembuhkan, sama halnya paradoks antara gangguan kecemasan dengan depresi yang sebetulnya merupakan dua sisi mata uang, tergantung apakah survivor terpaksa harus terpapar dengan sumber stress ataukah dapat menghindarinya.
Ingin bebas gangguan bipolar? KLIK > https://servo.clinic/alamat/