Waktu saya di sekolah dasar, jagoan di sekolah adalah anak bernama Jimmy.
Jimmy kelas empat ketika saya kelas satu. Ia adalah anak yang akan mencuri uang makan siang, merampas sepeda dan memukul secepat ia berbicara. Jimmy adalah pengganggu klasik, memulai perkelahian bila ada pemicu sedikit saja, atau tak ada pemicu sama sekali.
Kami semua menyeganinya-dan kami semua menjaga jarak. Setiap orang benci dan takut kepada Jimmy; tak seorangpun mau bermain dengannya. Sepertinya setiap kali Jimmy lewat di tempat bermain, seakan akan ada seorang tukang pukul siluman menyingkirkan anak anak dari jalan yang akan dilaluinya.
Anak seperti Jimmy jelas bermasalah, tetapi yang mungkin tidak begitu terlihat adalah bahwa sikap sangat agresif pada masa kanak kanak merupakan pertanda akan munculnya kesulitan emosional dan kesulitan kesulitan lain. Jimmy masuk penjara karena melakukan serangan pada saat ia berumur enam belas tahun.
Warisan seumur hidup sikap agresif masa kanak kanak dalam diri anak seperti Jimmy muncul di banyak penelitian (Alexander Thomas et al.). Seperti telah kita lihat, kehidupan keluarga anak agresif semacam itu biasanya melibatkan orang tua yang secara bergantian mengabaikan anak lalu memberi hukuman keras dan sewenang wenang-pola yang, barangkali dapat dimaklumi, bisa membuat anak anak menjadi sedikit paranoid atau memberontak.
Sumber : Kecerdasan Emosional, Daniel Goleman, 1996.
Ingin cepat berubah? KLIK > https://servo.clinic/alamat/